Jumat, 26 September 2008

Memfungsikan PONSEL jadi WEBCAM / CCTV

Menyulap Ponsel Jadi Webcam / CCTV

WebCam atau Web Camera telah membukamata dunia dan menambah manfaat dari koneksi internet secara langsung. Mulai chatting,teleconference bahkan sebagai kamera steady nonstop. Meski streaming file video yang dikirimkan dipengaruhi oleh kecepatan akses internet, namun tidak bisa dipungkiri, webcam telah merubah segalanya. Sekarang, warnet tanpa webcam pasti akan dijauhi oleh pengunjungnya.

Trus Apa Hubunganya dengan Ponsel ?

Mungkin kita memiliki PONSEL yg berkamera, tetapi PC atau LAPTOP kita belum dilengkapi dengan WebCam. Dengan bantuan aplikasi third party yang mendukung koneksi antara PC dan ponsel kita bisa memanfaatkan PONSEL berkamera sebagai WebCaM. Salah satu aplikasi adalah Mobile WebCam. Oleh publishernya, aplikasi ini dibuat khusus untuk memaksimalkan kerja kamera pada ponsel. Untuk bisa terhubung, ada dua pilihan koneksi, yakni via Bluetooth dan kabel data. Kompatible dengan Yahoo! Messenger dan MSN messenger.

Jika anda mempunyai PC/LAPTOP , serta tersedia koneksi internet yang bisa digunakan untuk surfing web, anda bisa melakukan Chatting menggunakan WebCam dengan Kamera Ponsel Anda. Salah satunya Ponsel kamera berbasis Symbian S60 pun bisa kita sulap sebagai WebCam atau bahkan CCTV.

Adapun perlengkapan yang dibutuhkan adalah:
  1. Ponsel Symbian S60 dengan kamera terintegrasi
  2. PC atu LApTop
  3. Yahoo! Messenger yang sudah terinstall di PC/LapTop

  4. Koneksi Bluetooth

  5. Software Fly Cam (Ponsel maupun PC)
    Jenis File: *Zip
    Besar file : 1,23 MB
    Jenis_software:FreewareDownload Link:www.mobimaza.com/mapp/mapp_sis2/fly_cam1.01.zip

Langkah-langkah yang harus dilakukan:

  1. Pastikan dulu bahwa PC kita telah terkoneksi dengan ponsel via Bluetooth

  2. Download aplikasi untuk ponsel dan software PC Fly Cam, Extract isi dari fileZip yang telah kita download.

  3. Kemudian install file berekstensi *.exe ke PC , sementara yangETI.FlyCam.v1.01_S60SymbianOS7.sis, kirim ke ponsel menggunakan koneksiBluetooth dari PC kita.

  4. Install aplikasi FlyCam yang telah dikirim ke ponsel. Pilih lokasi install yang kitakehendaki (Saran kami letakkn\an di memory card). Agar tidak mengganggusystem C. Restart ponsel agar aplikasi yang telah kita install bisa berjalan optimal.

  5. Setelah Restart, buka menu Flycam

  6. Pastikan dulu bahwa PC Anda telah terkoneksi dengan ponsel via Bluetooth, laluklik opsi ‘Connect’ untuk mendapatkan koneksi PC dengan ponsel

  7. Akan muncul opsi yang memberitahukan bahwa ponsel telah terdeteksi PC. Kliksaja balon yang muncul dari icon Bluetooth PC. Kemudian OK untukmelanjutkan. Agar PC otomatis mendeteksi koneksi serupa, centang saja opsi‘Always allow this device to acces this service,’ seperti pada gambar berikut.

  8. Setelah itu, ponsel akan otomatis menampilkan gambar dari kamera. Tinggal kita balik saja kamera (Bila kamera ponsel di belakang)menghadap kita.

  9. Buka Yahoo! Messenger MessengerMy Webcam.

Apabila berhasil, layar PC akan menampilkan gambar seperti yang ada di dalam ponsel. Kita telah berhasil melakukan setting ponsel sebagai WebCam. Metode ini juga bisa dimanfaatkan untuk CCTV. Artinya, Anda tinggal beli ponsel kamera yang murah kemudian pasang di depan halaman rumah.
Kita juga bisa memantau rumah melalui ponsel. Meski berjauhan dari rumah,kita masih bisa memantau keadaanya melalui ponsel. Adalah Eyespyfx Mobile, yang memungkinkan kita untuk menampilkan WebCam melalui ponsel. Aplikasi ini mendukung beberapa ponsel wap dan iMode. Webcam ini juga bisa menampilkan gambar yang dikirimkan oleh standard WebCam EyeSpyFX, ponsel akan menampilkan beberapa gambar secara broadcast (meski realtime dan terlihat masih patah-patah) padaPC yang memanfaatkan IP address.
Jika software dan GPRS/PDN CDMA sudah aktif, maka akan mengirimkan beberapa pesan yang menunjukkan tampilan daftar EyeSpyFX yang sedang online. Misalnya, times square cam New York City.Tampilan yang disajikan, langsung dan actual berikut nama kamera dan alamatnya. Daftar WebCam yang aktif akan langsung dapat dibaca melalui PC dan ponsel. Dengan aplikasi ini, Anda dapat memantau rumah meski sedang berada dikejauhan, hanya dengan ponsel. Aplikasi yang cukup menarik ini dapat didownload dialamathttp://www.camtomobile.com/streamfx.wml baik lewat wap ponsel atau lewat PC.


Bagaimana menampilkan serta mengontrol atau network cam kita melalui ponsel atau PDA?
Ada dua cara untuk menampilkan webcam pada ponsel
  1. Melalui WAP atau IMODE

    • Pastikan ponsel Anda sudah memiliki fasilitas GPRS.

    • Gunakan tombol menu untuk mengakses “Live Services”

    • Buka WAP browser, masuk ke situs www.Eyespyfx.comd. Klik kamera ponsel Anda. Gerakan joystick ke atas dan ke bawah untuk menggerak Download dan install software EyeSpyFX. Tayangan tampilan WebCam menggunakan s Ikuti langkah-langkah yang diberikan.

      Catatan:Terminologi yang menjelaskan tentang cakupan aplikasi dan browser, biasanya berbedapada tiap model ponsel. Yang paling penting adalah, Anda memiliki ponsel yang mampumerekam gambar berwarna dengan kemampuan GPRS. Ada beberapa ponsel luar negeriyang merupakan ponsel iMODE, seperti di Jepang. Khusus untuk ponsel iMode, harusmendownload aplikasinya di http://ww.eyespyfx .com/imode/index.asp
      Tampilan AktualMelalui ponsel yang menggunakan layanan WAP, akan terlihat seperti gambar diam,seperti foto. Gambar ini dapat di ‘Refresh’ dengan memberikan perintah seperti ‘ke kiri’atau ‘refresh image’. Tampilan WebCam di ponsel diatur oleh EyeSpyFX. Jikamenginginkan gambar berupa Streaming, Anda harus mendownload Phone-StreamFX.

  2. Via Phone-StreamFX

    Phone Stream FX: WebCamAplikasi ini akan mengalirkan gambar bergerak yang dihasilkan oleh kamera web yang dipasang di tempat tertentu ke layar ponsel. Phone-StreamFX merupakan aplikasi Java yang dapat dengan mudah didownload ke ponsel. Dengan menggunakan Phone-StreamFX, Anda dapat melihat gambar yang dihasilkan oleh Webcam atau kamera jaringan yang dipasang di rumah atau di kantor Anda.Dengan begitu, Anda dapat mengawasi setiap kegiatan, di rumah dan di kantor.
    Kompabilitas Sebagian besar ponsel yang memiliki kemampuan mengakses internet dan dilengkapi dengan Java, kompatibel dengan aplikasi Phone-StreamFX

    Nokia Series 40 and Series 60 : 6230, 5140, 3220, 6170, 7270, 7260, 6020, 6822, 6101, 6230i, 6030, 6021, 8800, 6060, 5140i, 7610, 6260, 6630, 6670, 3230, 6681, 6680, N91, N70, N90
    SonyEricsson : K700i, K500i, K750i, K600i, V600i, Z800i, V800, S700i, D750i, W800, F500i, J300i, K300i
    Motorola : Razr, Slvr,V3, Pebl,L6
    Siemens : S65, C65, CX65, M65, SL65, SK65, CX70, S75, SL75, C75, CX75, CF75, M75,SG75, SXG75

[..Baca Selengkapnya..]

Rabu, 24 September 2008

Memprogram Dan Belajar Pemrograman

Belajar memprogram tidak sama dengan belajar bahasa pemrograman. Belajar memprogram adalah belajar tentang metodologi pemecahan masalah, kemudian menuangkannya dalam suatu notasi tertentu yang mudah dibaca dan dipahami. Sedangakan belajar bahasa pemrograman berarti belajar memakai suatu bahasa aturan-aturan tata bahasanya, instruksi-instruksinya, tata cara pengoperasian compiler-nya, dan memanfaatkan instruksi-instruksi tersebut untuk membuat program yang ditulis hanya dalam bahasa itu saja.
Sampai saat ini terdapat puluhan bahasa pemrogram. Yang dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan fungsinya.

Bahasa Pemrograman

Kesimpulanya belajar memprogram ≠ belajar bahasa pemrograman, disaat kita belajar memprogram saat itu belajar juga tentang strategi pemecahan masalah, metodologi dan
sistematika pemecahan masalah kemudian menuliskannya dalam notasi yang disepakati bersama bersifat pemahaman persoalan, analisis dan sintesis dengan titik berat pada designer program.
Saat belajar bahasa pemrograman artinya kita belajar memakai suatu bahasa pemrograman, aturan sintaks, tatacara untuk memanfaatkan instruksi yang spesifik untuk setiap bahasa dengan titik berat pada pengcodean.

Pada pemrograman procedural, program dibedakan antara bagian data dengan bagian instruksi. Bagian instruksi terdiri atas runtutan (sequence) instruksi yang dilaksanakan satu per satu secara berurutan oleh pemroses. Alur pelaksanaan instruksi dapat berubah karena adanya pencabangan kondisional. Data yang disimpan di dalam memori dimanipulasi oleh instrusi secara beruntun atau procedural. Paradigma pemrograman seperti ini dinamakan pemrograman procedural.

Bahasa-bahasa tingkat tinggi seperti Cobol, Basic, Pascal, Fortran dan C mendukung kegiatan pemrograman procedural, karena itu mereka dinamakan juga bahasa procedural. Selain paradigma pemrograman procedural, ada lagi paradigma yang lain yaitu pemrograman berorientasi objek (Object Oriented Programming). Paradigma pemrograman ini merupakan trend baru dan sangat populr akhir-akhir ini. Paradigma pemrograman yang lain adalah pemrograman fungsional, pemrogramn deklaratif dan pemrograman konkuren. Pada kesempatan ini penulis hanya menyajikan paradigma pemrograman procedural saja.


[..Baca Selengkapnya..]

Algoritma atau Algorithm

Apakah Itu Algoritma ?

Dalam Bahasa Indonesia, kata Algorithm diserap menjadi Algoritma. “Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis”. Kata Logis merupakan kata kunci dalam Algoritma. Langkah-langkah dalam algoritma harus logis dan harus dapat ditentukan bernilai salah atau benar.

Algoritma adalah jantung ilmu komputer atau informatika. Banyak cabang ilmu komputer yang diacu dalam terminologi algoritma. Namun, jangan beranggapan algoritma selalu identik dengan ilmu komputer saja. Dalam kehidupan sehari-haripun banyak terdapat proses yang dinyatakan dalam suatu algoritma. Cara-cara membuat kue atau masakan yang dinyatakan dalam suatu resep juga dapat disebut sebagai algoritma. Pada setiap resep selalu ada urutan langkah-lankah membuat masakan. Bila langkah-langkahnya tidak logis, tidak dapat dihasilkan masakan yang diinginkan. Ibu-ibu yang mencoba suatu resep masakan akan membaca satu per satu langkah-langkah pembuatannya lalu ia mengerjakan proses sesuai yang ia baca. Secara umum, pihak (benda) yang mengerjakan proses disebut pemroses (processor). Pemroses tersebut dapat berupa manusia, komputer, robot atau alatalat elektronik lainnya. Pemroses melakukan suatu proses dengan melaksanakan atau “mengeksekusi” algoritma yang menjabarkan proses tersebut.

Melaksanakan Algoritma berarti mengerjakan langkah-langkah di dalam Algoritma tersebut. Pemroses mengerjakan proses sesuai dengan algoritma yang diberikan kepadanya. Juru masak membuat kue berdasarkan resep yang diberikan kepadanya, pianis memainkan lagu berdasarkan papan not balok. Karena itu suatu Algoritma harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pemroses. Jadi suatu pemroses harus :
  • Mengerti setiap langkah dalam Algoritma

  • Mengerjakan operasi yang bersesuaian dengan langkah tersebut

Komputer hanyalah salah satu pemroses. Agar dapat dilaksanakan oleh komputer, algoritma hasrus ditulis dalam notasi bahasa pemrograman sehingga dinamakan program. Jadi program adalah prwujudan atau implementasi teknis Algoritma yang ditulis dalam bahasa pemrogaman tertentu sehingga dapat dilaksanakan oleh komputer.

[..Baca Selengkapnya..]

Selasa, 23 September 2008

Belajar PHP

Perbedaan Web Based Programming dengan System Programming
Pembuatan aplikasi berbasis web berbeda dengan pembuatan aplikasi berbasis windows (visual programming), misalnya Visual Basic, Delphi, atau KDevelop. Dalam visual programming, kita meningkatkan kecepatan dan kinerja aplikasi dengan mengoptimasi penggunaan memori, manajemen proses, dan pengaturan Input-Output. Pada pemrograman
berbasis web, faktor yang menentukan kinerja aplikasi adalah kecepatan akses database dan kecepatan akses jaringan dan internet.
Perbedaan kedua, adalah cara aplikasi berjalan. Pada aplikasi visual, aplikasi dibangun dengan menggunakan tool tertentu, kemudian dikompilasi. Hasilnya dapat langsung digunakan dalam komputer. Aplikasi berbasis web tidak dapat dijalankan langsung di komputer. Untuk menjalankannya, dibutuhkan engine tertentu, dalam hal ini web server.

Trus kenapa harus PHP ?
Alasan utamanya karenanya gratis dan bebas. Database pasangannya biasanya MySQL, dijalankan bersama webserver Apache di atas operating system Linux. Semuanya gratis dan bebas.

Karena bekerja diatas server, biasanya orang malas untuk memulai belajar. Ribet alasan utamanya. Seseorang telah memepermudah anda untuk memulai belajar PHP dan MySQL. Silahkan click kursus-online.com

Belajar PHP & MySql

[..Baca Selengkapnya..]

kursus-online

Ilmu Komputer khususnya pemrograman menjadi menu wajib yang harus di kuasai, atau paling tidak dimengerti di kehidupan yang sudah meng-global seperti sekarang ini. Agar kita tetap bisa 'GAUL' dan tidak ketinggalan.
Trus bagaimana caranya...? Tentu saja belajar, banyak sekali bahasa pemrograman yang bisa kita pelajari. Salah satunya PHP
Kita semua sudah tahu bahwa PHP merupakan bahasa pemrograman web yang dominan dan tentu saja belajar PHP sangat penting. Lalu bagaimana caranya untuk belajar?


Sebelum Anda menemukan menjawab pertanyaan di atas tadi, Anda perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri Anda:

  • Apakah Anda ingin bisa PHP/MySQL?
  • Apakah Anda tidak dapat menemukan kursus PHP/MySQL di kota Anda?
  • Apakah Anda orang yang cukup sibuk dan tidak punya waktu untuk belajar di kelas?
  • Apakah Anda menginginkan kursus yang mengerti akan jadwal Anda yang padat?
  • Apakah Anda ingin belajar dengan waktu Anda sendiri?
  • Apakah Anda ingin kursus dengan biaya yang sangat terjangkau?
  • Apakah Anda baru akan belajar PHP/MySQL?

  • Apakah Anda sudah sedikit belajar PHP/MySQL dan ingin menemukan pengertian-pengertian baru tentang mereka?

Jika Anda menjawab salah satu pertanyaan di atas dengan YA,maka mengunjungi kursus-online.com adalah solusi yang paling tepat untuk Anda.
http://www.kursus-online.com/?id=dwipram

[..Baca Selengkapnya..]

Rabu, 20 Agustus 2008

Sekilas BROADBAND

Broadband adalah koneksi kecepatan tinggi yang memungkinkan akses Internet secara cepat dan selalu terkoneksi atau “ always on ”. Kalau dirunut ke belakang, sejarah broadband bergerak mulai dari ditemukannya kabel serat optik pada tahun 1950, dimana sebelumnya kebutuhan komunikasi data belum dibutuhkan dalam kecepatan tinggi. Baru pada 1990an muncul kebutuhan yang besar terhadap transfer data kecepatan tinggi dan era broadband mulai. Saat itu, andalannya lebih pada kabel serat optik.

Tahun 1999, perkembangan transfer data kapasitas besar dan kecepatan tinggi mulai banyak digunakan, utamanya dengan maraknya layanan TV kabel yang membutuhkan kabel modem. Saat itu, tak kurang dari 1,5 juta pelanggan TV kabel semakin menyemarakkan era baru, broadband.

Namun, karena kabel serat optik ini cukup mahal, maka perkembangan broadband boleh dikatakan relatif lambat, dan penggunanya pun terbatas. Belakangan, meski TV kabel sudah banyak pelanggannya, perkembangannya lebih banyak dipicu oleh munculnya teknologi ADSL (asymmetric digital subscriber line). ADSL sanggup melewatkan jutaan bit informasi dalam hitungan detik pada jaringan telepon biasa.

ADSL broadband bekerja pada dua kecepatan, menerima dan mengirim data, sehingga sangat cocok digunakan untuk browsing dan mengirim atau menerima e-mail. Kecepatan pengiriman datanya, lebih lambat dibandingkan menerima data. ADSL standar menerima data atau informasi pada kecepatan 2 Mbps (35 kali lebih cepat dari modem standar) dan mengirim data pada kecepatan 256 Kbps ( lima kali lebih cepat). Namun, umumnya rentang kapasitas broadband antara 256 Kbps dan 10 Mbps.

Selain ADSL, ada SHDSL Broadband (symmetric high bit rate DSL), yang mampu mengirim dan menerima data pada kecepatan yang sama, yakni hingga 2 Mbps. Karenanya, SHDSL ini sangat cocok digunakan untuk berbagai bisnis yang membutuhkan data dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi, misalnya mengirim dan menerima e-mail dengan lampiran yang besar, file audio dan video. Atau, digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang terhubung ke berbagai aplikasi virtual private network (VPN).

Ultrabroadband
Broadband semakin menunjukkan perkembangan pesat. Hingga akhir 2004 jumlah pelanggannya telah mencapai 140 juta dan pertumbuhannya sangat cepat. Riset Yankee Group memperkirakan bahwa pada 2008 mendatang akan terdapat 325 juta pelanggan. Karenanya, broadband boleh dibilang merupakan teknologi yang perkembangannya paling cepat dalam sejarah. Kalau telepon bergerak (mobile phone) membutuhkan waktu 5,5 tahun untuk bertumbuh dari 10 juta ke 100 juta pengguna di seluruh dunia, maka broadband mencapainya hanya dalam waktu 3,5 tahun.

Pertumbuhan cepat tersebut sebagian besar dipicu oleh perkembangan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik, terutama Jepang dan Korea Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 48,6 juta jiwa, dimana 10 juta penduduknya bermukim di Seoul, pada 2004 pengguna Internet Korea telah mencapai 35,7 juta. Pada saat yang sama, dari jumlah itu, 84 persennya (30 juta) merupakan pelanggan broadband, baik menggunakan DSL maupun cable modem . Tahun 2008, Korea menargetkan untuk mencapai 100% pelanggan broadband.

Di sisi lain, meski dapat menggunakan bermacam-macam teknologi, namun operator tak dapat menyediakan semua jenis teknologi itu, dan sebaliknya tak ada satu teknologi untuk semua keperluan layanan broadband. Berbagai variasi pilihan dan aspek bisnis yang didasarkan pada perkembangan kebutuhan, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal, baik dalam layanan maupun perolehan bisnis, perlu menjadi pertimbangan strategis ke depan.

Perkembangan ke depan, tampaknya, tak lagi terjebak dalam mempertentangkan antara DSL vs cable modems atau fixed-line vs wireless . Meski perkembangan nirkabel menuju layanan 3G atau 4G juga tak kalah serunya. Saat ini ke depan, tampaknya akan ada banyak pilihan, mulai dari sambungan kabel hingga nirkabel, mulai dari ADSL, ADSL2+, VDSL, VDSL2, Ethernet, hingga Wi-Fi, 802.16 (WiMAX), dan FTTH (fiber-to-the-home) atau FTTB (fiber-to-the-building). Nantinya, juga akan berkembang MBWA (mobile broadband wireless access).

“Tergantung kebutuhannya, beberapa pilihan tersedia dan siap digunakan,” ujar Armando Pereira, GM bisnis optikal, Centillium. “Jika infrastrukturnya belum tersedia, maka nirkabel pilihan yang terbaik. Jika Anda mencoba menghubungkan antar rumah, misalnya berjarak 3 km, sebaiknya gunakan kabel serat optik kalau membutuhkan sambungan yang handal. Untuk jarak yang lebih pendek, gunakan gunakan DSL.

Pendekatan campuran, yang memadukan beberapa kapabilitas, oleh John Giametto, Presiden Nortel Networks Asia , disebut sebagai “ultrabroadband”. Ini merupakan pendekatan yang logis untuk melayani beragam kebutuhan terhadap broadband. “Ultrabroadband merujuk pada berbagai kombinasi kebutuhan penyedia layanan,” tambah Giametto.

Untuk negara seperti Indonesia dan Thailand , misalnya, yang membangun kabel bukan saja sulit, tetapi juga mahal, alternatif nirkabel menjadi lebih logis. Ini dibuktikan dengan upaya Telkom menggelar layanan ADSL dengan brand TelkomLink Multi Media Access (MMA). Belakangan Telkom juga muncul dengan produk Speedy.

Contoh lainnya, India . Di negeri Bollywood ini, terdapat 40 juta sambungan telepon dan sekitar 4 juta komputer. Dengan pasar di mana setiap rumah yang memiliki telepon hanya sepersepuluhnya memiliki PC, maka sebaiknya tidak mengembangkan akses Internet berkecepatan tinggi, melainkan langsung mengembangkan layanan video, karena hampir setiap rumah pasti memiliki TV.

Karenanya, perkembangan broadband mestinya mendukung apa yang disebut value-added broadband , yang mampu memberi pengalaman baru yang mudah semudah menghidupkan TV, apapun perangkat yang digunakan. Namun, tantangannya tak berhenti di sana , karena untuk menyediakan layanan seperti itu, yang berarti membutuhkan teknologi multi akses, diperlukan tingkat interoperabilitas yang tinggi, sehingga memudahkan dalam pengelolaan jaringan dan pelanggan. Tantangan lainnya adalah bagaimana operator dapat bekerjasama dengan sejumlah penyedia konten untuk semakin memperkaya layanan dan kontennya.

Tantangan untuk menyediakan layanan broadband berbasis pelanggan, dengan begitu, harus terus diupayakan. Andalannya, saat ini, tentunya tak hanya pada jaringan kabel, melainkan juga nirkabel. Namun, ke depan ini setidaknya ada beberapa teknologi yang prospektif untuk itu, yang dianggap sebagai langkah selanjutnya dari perkembangan teknologi broadband, antara lain: Metro Ethernet, VDSL/ADSL 2+, FTTH, IP wireless, CDMA-1x EV-DO dan WiMAX.

METRO ETHERNET

Metro Ethernet menjanjikan biaya modal dan operasi yang lebih kecil, interoperabilitas multi-vendor, diferensiasi layanan dan memberikan fleksibilitas. Kalangan operator di Asia, seperti Korea, Hong Kong, China daratan, Singapura dan Australia memanfaatkan metro Ethernet sebagai teknologi akses yang menghubungkan ke MPLS ( multi protocol label switching ) backbone .

Forum Metro Ethernet telah mendefinisikan enam jenis layanan untuk para penyedia metro Ethernet, antara lain:
  • Ethernet private line,

  • Ethernet relay,

  • Ethernet multipoint services (virtual private LAN service),

  • dan akses Ethernet ke MPLS VPN.

  • Jangkauan Ethernet menjadi lebih luas dengan telah dibangunnya jaringan internasional yang mampu menghubungkan antar jaringan Ethernet mandiri (inter-autonomous international Ethernet network) oleh Hutchison Global Communications (Hong Kong) dan KT Corporation (Korea Selatan), Pengembangannya menggunakan VPLS (virtual private LAN service), teknologi alternatif dari IP-VPN (internet protocol – virtual private network). Seperti IP-VPN, VPLS berjalan di atas jaringan IP/MPLS yang dirancang untuk berintegrasi dengan jaringan pelanggan dan operator.

    Saat ini, tak hanya operator yang antusias dengan metro Ethernet – organisasi, seperti bank maupun universitas juga banyak menggunakan metro Ethernet guna membangun metro WAN (wide area network) untuk keperluan internal.

    IP WIRELESS
    Harapan pelanggan terhadap broadband, tampaknya tak mampu dipenuhi oleh sistem 3G yang ada saat ini. Kecepatannya kalah dibandingkan DSL atau kabel modem. Ada Wi-Fi ( Wireless Fidelity ), meski kecepatannya tinggi, namun jangkauannya kecil dan cocok digunakan untuk lingkungan terbatas, seperti hotspot atau rumah.

    Kalangan industri tampaknya menoleh ke sistem nirkabel berbasis IP, yang sering juga disebut sebagai “3.5G”, “4G” atau, “real 3G (pendukungnya, antara lain: ArrayComm, Flarion Technologies, IP Wireless dan Navini Networks). “Real” 3G tidak diperoleh dari jaringan suara bergerak yang dioptimalkan untuk data, melainkan dari all-IP WAN (wide-area networks), yang dapat diakses oleh berbagai perangkat, baik modem PC, laptop PC card dan PDA dalam kecepatan megabit.

    Umumnya sistem IP nirkabel menggunakan teknologi TDD, yang dapat digunakan dalam spektrum terpisah, sehingga kanal downlink dan uplink dapat berjalan dalam frekuensi yang sama, sehingga efisien dalam penggunaan spektrum dan murah.

    Teknologi ini telah digunakan secara komersial oleh ArrayComm. Melalui iBurst bekerjasama dengan Personal Broadband Australia (PBA) telah dikembangkan layanan wholesale transport service di Sydney. Nextel di Amerika meluncurkan layanan komersial FLASH-OFDM pertama tahun ini. Sementara sejumlah penyedia layanan Asia termasuk Vodafone KK, Telstra, KT Corp., SK Telecom dan Hanaro Telecom, tengah melakukan uji coba.

    Time dotCom dari Malaysia menerapkan broadband nirkabel dari Navini di kawasan lembah Klang dengan tujuan membangun layanan 3G, Wi-Fi hotspots dan fixed-line broadband sekaligus.

    Teknologi IP wireless yang sedang hangat belakangan ini adalah 802.16a WiMAX (worldwide interoperability for microwave access). WiMAX sangat potensial memperluas jangkauan Wi-Fi, karena kemampuan transfer data yang jauh lebih cepat dan berkapasitas besar, yakni mencapai 80Mbps dalam jarak radius 30 mil.

    WiMAX bukan akan menjadi satu-satunya backbone komunikasi berbasis broadband, karenanya, nantinya, berbagai perangkat nirkabel akan dapat memanfaatkan keduanya, baik WiMAX maupun Wi-Fi. WiMAX juga merupakan upaya standarisasi antara IP berbasis 802.16 dan WMAN (wireless metropolitan network) broadband berbasis ETSI HiperMAN (high-performance radio metropolitan area network).

    Di Asia, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, China, India, Malaysia dan Indonesia menunjukkan ketertarikannya pada WiMAX ini, terutama karena kemampuan broadband-nya yang efisien dan mencakup area yang lebih luas.

    Yang menarik, tak seperti komunikasi generasi kedua (2G) dan ketiga (3G), WiMAX (4G) ini dapat diintegrasikan dengan jejaring kabel Ethernet. Ini semakin memungkinkan pedesaan di pedalaman dapat terhubung menggunakan jejaring kabel Ethernet menggunakan telepon IP (VoIP- voice over internet protocol ). Komunikasi data paket berbasis IP dapat juga dioptimalkan oleh WiMAX.

    FTTH
    Saat ini, ADSL dan kabel modem tampak mendominasi lanskap broadband, namun kini semakin banyak juga yang menggunakan apa yang disebut fiber-to-the-home (FTTH), atau fiber-to-the-premises (FTTP), yang mampu mengatasi keterbatasn kabel biasa. FTTH meski potensial, namun beberapa tahun yang lalu masih belum kompetitif, karena harganya relatif mahal.

    Tetapi beberapa pasar, seperti di Jepang, Korea Selatan, Swedia dan Italia kini memiliki penetrasi FTTH yang cukup kuat, terutama karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap broadband di negara tersebut.

    Pelanggan FTTH di Jepang awal 2003 lalu telah mencapai lebih dari 233.000 dan akhir Maret 2004, jumlahnya meningkat menjadi 1,1 juta, sementara pelanggan broadband-nya mencapai 15 juta. Namun, pertambahan pelanggan setiap bulannya mencapai 100.000, sementara pelanggan DSL dari tahun ke tahun terus menurun. Banyak pelanggan DSL yang berpindah ke FTTH.

    Sementara NTT East dan NTT West, yang saat ini mendominasi pasar FTTH Jepang berencana meningkatkan basis pelanggan mereka dari 705.000 akhir Januari menjadi dua juta akhir April 2005. Hal itu dimungkinkan, karena NTT membangun jaringan baru, yakni passive optical network (PON).

    Di sisi lain, FTTH bukan tanpa saingan. Jaringan kabel yang ada sekarang inipun kabarnya dapat ditingkatkan kemampuannya untuk mendukung Ethernet dan VDSL berkapasitas 50Mbps, yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan FTTH. Jika hal ini terealisasi, maka FTTH jelas akan menghadapi persaingan yang berat dari jaringan kabel tembaga.

    VDSL/ADSL2+
    ADSL berkemampuan 1,5 Mbps tampaknya akan kadaluarsa. Soalnya, jaringan ini tak lagi mampu menghantarkan kanal video berkualitas broadcast . Menurut analis Yankee Group, video stream MPEG-2 setidaknya membutuhkan kapasitas 2 Mbps; sinyal berkualitas DVD membutuhkan 4 hingga 5 Mbps; dan HDTV (high definition television) membutuhkan sekitar 9 Mbps.

    Hal itu akan diisi oleh VDSL (very high speed DSL), yang mampu menghantarkan antara 13 Mbps dan 50 Mbps, tergantung jaraknya terhadap DSLAM (digital subscriber line access multiplexer). Layanan ini banyak diminta di Jepang, Korea Selatan dan Hong Kong.

    VDSL, yang banyak diterapkan di gedung-gedung dan blok apartemen, juga dapat bekerja pada jaringan metro Ethernet dan FTTH. Metro Ethernet membutuhkan DSL pada 10 Mbps untuk menjangkau jaringan pelanggan, sementara FTTH membutuhkannya untuk menjembatani perkabelan di gedung-gedung.

    Ke depan, teknologi DSL akan terus berkembang menuju ADSL2+ dan ADSL2. Keduanya menawarkan beberapa keunggulan, antara lain fleksibilitas daya, adaptasi yang lebih terbuka, dan meningkatkan interoperabilitasnya. ADSL2+ memiliki frekuensi trafik antara 1,1 MHz dan 2,2 MHz, dan bekerja antara 15 Mbps dan 25 Mbps dengan jarak hingga 6,000 kaki dari DSLAM.

    CDMA2000 1x EV-DO
    CDMA (code division multiple access) merupakan teknologi 3G yang kini mulai banyak digunakan, utamanya di Korea Selatan, Jepang, Amerika dan China . Namun, sebenarnya CDMA juga melayani sistem 450-MHz dan WLL (wireless local loop), yang masing-masing sistem dapat ditingkatkan ke CDMA 1x dan EV-DO.

    Saat ini, menurut CDMA Development Group, setidak ada 19 operator yang menerapkan CDMA-WLL menggunakan sistem 1x, dan satu – Vesper dari Brazil – menerapkan EV-DO. Sembilan operator CDMA450 telah menggunakan layanan berbasis 1x, sedang yang lainnya masih dalam tahap uji coba.

    Kalangan vendor dan operator mulai melirik EV-DO dan memandangnya sebagai pesaing 802.11 (Wi-Fi), 802.16 (WiMAX) dan 802.20 MBWA (mobile broadband wireless access), baik dalam jangkauan, efisiensi dan biaya. Bagi mereka yang telah menerapkan CDMA diperkirakan tak terlalu sulit meningkat ke EV-DO untuk digunakan sebagai akses broadband last-mile sebagaimana DSL yang berbasis biaya per bit.

    EV-DO diperkirakan akan mengabil layanan Wi-Fi sebagai solusi “anywhere access” hampir sama dengan IP wireless. Kalangan operator EV-DO, seperti SK Telecom, KDDI dan Verizon telah menawarkan layanan akses data menggunakan EV-DO PC cards. Aplikasi potensial dari EV-DO ini, antara lain untuk digunakan sebagai Wi-Fi hotspot , karena kecepatan akses datanya cukup besar, yakni 3,1 Mbps (downstream) dan 1,8 Mbps (uplink). Selain itu, juga dapat digunakan untuk VoIP.

    Selain itu, ada juga HSDPA (high-speed data packet access), yang merupakan langkah evolusioner dari W-CDMA dan, yang kurang lebih, setara dengan EV-DO. W-CDMA menjanjikan kecepatan akses data maskimum teoritis hingga 10 Mbps.

    Di samping itu, perkembangan broadband ke depan juga akan didorong oleh teknologi nirkabel, yang saat ini pelayanannya mulai bergerak dari GPRS ( general packet radio services ), menuju EDGE ( enhanced data rates for global/GSM evolution ) dan, nantinya, WiNMAX dan mobile WiMAX. Ke depan, WiMAX pun tampaknya akan bersaing ketat dengan standar lainnya, yakni FLASH-OFDM.



    [..Baca Selengkapnya..]

    OSI Reference Model


    Definisi
    Suatu model yang digunakan oleh network professionals untuk membangun dan mengelola sistem jaringan. TujuanMemungkinkan sekumpulan aplikasi, data dan hardware yang heterogen berfungsi sebagi suatu jaringan. Untuk menyediakan “functional guideline” yang memungkinkan standarisasi protokol jaringanMemungkinkan transmisi secara fisik dari bit-bit yang berupa tegangan dan arus, frame data, pemberian alamat, menangani masalah pengendalian error antara node dalam jaringan, membangun lintasan antara sumber dan tujuan, menjamin pengiriman frame secara handal antara komputer dan melakukan komunikasi “process-to-process”. Selain itu, mengendalikan layanan-layanan bagi end user, kompresi dan enkripsi data.

    LAYERING

    Model OSI didefinisikan dengan lapisan-lapisan. Secara prinsip mereka diaplikasi pada tujuh lapisan dengan tujuan sebagai berikut:
    1. Setiap lapisan dibuat dimana suatu tingkat abstraksi yang berbeda dibutuhkan.
    2. Setiap lapisan melakukan suatu fungsi-fungsi yang terdefinisi dengan baik.
    3. Fungsi dari setiap lapisan dipilih berdasarkan suatu tujuan untuk mendefinisikan protokol yang distandarisasi secara internasional.
    4. Batasan-batasan lapisan sebaiknya dipilih untuk meminimisasi aliran informasi melalui interface-interface
    5. Jumlah dari lapisan sebaiknya cukup besar agar fungsi-fungsi berbeda yang diperlukan tidak dilakukan dalam satu lapisan, dan cukup kecil agar arsitektur tidak menjadi berat dan rumit.

    Protokol yang bekerja antara entitas pada lapisan ke N mengimplementasikan fungsi-fungsi yang mana harus disediakan bagi lapisan ke N+1 sebagai services. Komunikasi pada lapisan N akan berhasil dengan menggunakan layanan-layanan yang disediakan oleh lapisan N-1 Dengan membangun berdasarkan layanan-layanan yang diberikan oleh lapisan di bawahnya, lapisan-lapisan diatas dapat meningkatkan fungsinya.


    Tanggung jawab setiap layer adalah menyediakan servis bagi layer diatasnya, layer yang berada diatas tidak perlu tahu tentang bagaimana data bisa sampai kesana atau apapun yang terjadi di layer di bawahnya

    Aplication Layer

    Layer paling tinggi dari model OSI adalah aplication layer, seluruh layer dibawahnya bekerja untuk layer ini, tugas dari application layer adalah mengatur komunikasi antar aplikasi.

    Presentation Layer

    Presentation layer adalah layer yang berada dibawah application layer dan diatas session layer, presentation layer menambahkan struktur pada paket data yang akan dikirimkan. Tugas utama layer ini adalah untuk meyakinkan bahwa data atau informasi terkirim dengan bahasa atau syntax yang dapat dipahami oleh host yang dituju. Protokol pada presentation layer dapat menterjemahkan data kedalam bahasa atau syntax yang dapat dimengerti dan kemudian mengkompres atau mengenkripsi data sebelum menyampaikan data ke session layer.

    Session Layer

    Session layer berada di bawah presentation layer, layer ini bertugas untuk mengontrol “dialog” selama komunikasi berlangsung, layer ini bertanggung jawab dalam hal bagaimana membentuk sambungan, bagaimana menggunakan sambungan tersebut, dan bagai mana memutuskan sambungan yang terbentuk setelah sebuah sesi komunikasi selesai. Session layer juga menambahkan control header pada paket data selama pertukaran data terjadi.

    Transport Layer

    Dibawah session layer ada transport layer, layer ini menjamin diterimanya paket data yang dikirim. Transport layer juga dapat membentuk sebuah sambungan dan mengirim acknowledgment ketika paket data diterima.

    Network Layer

    Network layer yang berada dibawah transport layer bertanggung jawab dalam hal routing dari paket-paket data yang didasarkan pada logical address dari paket-paket data tersebut. Network layer memotong-motong data dan menyusunya kembali jika diperlukan, ia mengirim paket-paket data dari sumber ke tujuan.

    Data-Link Layer

    Dibawah network layer adalah data-link layer, layer dimana data dipersiapkan untuk dikirimkan melalui jaringan, pada layer ini paket data di kapsulasi dalam sebuah frame (bundle dari data biner) sebelum dikirimkan. Protokol pada layer ini membantu dalam hal pengalamatan (addressing) dan pendeteksian kesalahan dari data yang dikirimkan. Layer ini bertanggung jawab dalam megirimkan data dari satu hoop ke hoop yang lain. Data-link layer terdiri dari dua sublayer yaitu; sublayer Logical Link Control (LLC) dan sublayer Media Access Control (MAC). Sublayer LLC adalah antarmuka antara protokol network layer dengan metode pengaksesan media misalnya Ethernet atau Token Ring. Sublayer MAC menangani koneksi ke media fisik seperti twisted-pair atau pengkabelan koaksial.

    Physical Layer

    Layer paling bawah dalam model OSI adalah physical layer. Layer ini menjelaskan bagaimana pengiriman dan penerimaan bit-bit data sepanjang media transmisi seperti; kabel koaksial, twited-pair, serat optic, gelombang radio atau media transmisi yang lainya.

    Lapisan Aplikasi


    Gambar: Lapisan Aplikasi


    Lapisan data Flow


    Gambar: Lapisan Data Flow


    CARA KERJA

    Pembentukan paket dimulai dari layer teratas model OSI. Aplication layer megirimkan data ke presentation layer, di presentation layer data ditambahkan header dan atau tailer kemudian dikirim ke layer dibawahnya, pada layer dibawahnya pun demikian, data ditambahkan header dan atau tailer kemudian dikirimkan ke layer dibawahnya lagi, terus demikian sampai ke physical layer. Di physical layer data dikirimkan melalui media transmisi ke host tujuan. Di host tujuan paket data mengalir dengan arah sebaliknya, dari layer paling bawah ke layer paling atas. Protokol pada physical layer di host tujuan mengambil paket data dari media transmisi kemudian mengirimkannya ke data-link layer, data-link layer memeriksa data-link layer header yang ditambahkan host pengirim pada paket, jika host bukan yang dituju oleh paket tersebut maka paket itu akan di buang, tetapi jika host adalah yang dituju oleh paket tersebut maka paket akan dikirimkan ke network layer, proses ini terus berlanjut sampai ke application layer di host tujuan. Proses pengiriman paket dari layer ke layer ini disebut dengan “peer-layer communication”. Pada gambar berikut dapat dilihat ilustrasi dari peer-layer comunicaion.

    Cara Kerja OSI Layer


    Gambar: Cara Kerja OSI Layer


    [..Baca Selengkapnya..]

    Bandwidth Versus Throughput

    Bandwidth


    Seperti telah kita tahu, bandwidth paling banyak digunakan sebagai ukuran kecepatan aliran data. Tetapi apakah itu bandwidth sebenarnya? Bandwidth adalah suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu waktu tertentu. Bandwidth dapat dipakaikan untuk mengukur baik aliran data analog mau pun aliran data digital. Sekarang telah menjadi umum jika kata bandwidth lebih banyak dipakaikan untuk mengukur aliran data digital. Satuan yang dipakai untuk bandwidth adalah bits per second atau sering disingkat sebagai bps. Seperti kita tahu bahwa bit atau binary digit adalah basis angka yang terdiri dari angka 0 dan 1. Satuan ini menggambarkan seberapa banyak bit (angka 0 dan 1) yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain dalam setiap detiknya melalui suatu media.

    Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki kekurangan atau batasan, tidak peduli bagaimana cara Anda mengirimkan informasi mau pun media apa yang dipakai dalam penghantaran informasi. Hal ini karena adanya hukum fisika mau pun batasan teknologi. Ini akan menyebabkan batasan terhadap panjang media yang dipakai, kecepatan maksimal yang dapat dipakai, mau pun perlakuan khusus terhadap media yang dipakai.

    Sedangkan batasan terhadap perlakuan atau cara pengiriman data misalnya adalah dengan pengiriman secara paralel (synchronous), serial (asynchronous), perlakuan terhadap media yang spesifik seperti media yang tidak boleh ditekuk (serat optis), pengirim dan penerima harus berhadapan langsung (line of sight), kompresi data yang dikirim, dll.

    Throughput
    Ternyata konsep bandwidth tidak cukup untuk menjelaskan kecepatan jaringan dan apa yang terjadi di jaringan. Untuk itulah konsep Throughput muncul. Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang mendownload suatu file. Bagaimana cara mengukur bandwidth? Dan bagaimana hubungannya dengan throughput? Seperti telah diulas di atas, bandwidth adalah jumlah bit yang dapat dikirimkan dalam satu detik. Berikut adalah rumus dari bandwidth:

    bandwidth = Jumlah bits/s

    Sedangkan throughput walau pun memiliki satuan dan rumus yang sama dengan bandwidth, tetapi throughput lebih pada menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file dengan ukuran tertentu. Berikut adalah formula pembanding throughput dengan bandwidth:

    BANDWIDTH
    waktu _ download _ terbaik = ukuran _ file

    THROUGHPUT
    waktu _ download _ typical = ukuran _ file


    Dengan hanya mempergunakan bandwidth sebagai patokan, Kita menganggap seharusnya file yang akan didownloadnya yang berukuran 64 kb seharusnya bisa didownload dalam waktu sekedip mata atau satu detik, tetapi setelah diukur ternyata memerlukan waktu 4 detik. Jadi jika ukuran file yang didownload adalah 64 kb, sedangkan waktu downloadnya adalah 4 detik, maka bandwidth yang sebenarnya atau bisa kita sebut sebagai throughput adalah 64 kb / 4 detik = 16 kbps.
    Sayangnya, throughput karena banyak alasan, kadang sangat jauh dari bandwidth maksimum yang mungkin dari suatu media. Beberapa faktor yang menentukan bandwidth dan throughput adalah:


    • Piranti jaringan

    • Tipe data yang ditransfer

    • Topologi jaringan

    • Banyaknya pengguna jaringan

    • Spesifikasi komputer client/user

    • Spesifikasi komputer server

    • Induksi listrik dan cuaca

    • Dan alasan-alasan lain.

    Semoga sedikit menambah pencerahan ...........


    [..Baca Selengkapnya..]

    Jumat, 25 Juli 2008

    OSPF - Type Area Router OSPF

    Ketika sebuah jaringan semakin membesar dan membesar terus, routing protokol OSPF tidak efektif lagi jika dijalankan dengan hanya menggunakan satu area saja. Seperti telah Anda ketahui, OSPF merupakan routing protokol berjenis Link State. Maksudnya, routing protokol ini akan mengumpulkan data dari status-status setiap link yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.

    Apa jadinya jika jaringan OSPF tersebut terdiri dari ratusan bahkan ribuan link di dalamnya? Tentu proses pengumpulannya saja akan memakan waktu lama dan resource processor yang banyak. Setelah itu, proses penentuan jalur terbaik yang dilakukan OSPF juga menjadi sangat lambat.

    Berdasarkan limitasi inilah konsep area dibuat dalam OSPF. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah link-link yang dipantau dan dimonitor statusnya agar penyebaran informasinya menjadi cepat dan efisien serta tidak menjadi rakus akan tenaga processing dari perangkat router yang menjalankannya.

    Bagaimana Informasi Link State Disebarkan?
    Untuk menyebarkan informasi Link State ke seluruh router dalam jaringan, OSPF memiliki sebuah sistem khusus untuk itu. Sistem ini sering disebut dengan istilah Link State Advertisement (LSA). Dalam menyebarkan informasi ini, sistem LSA menggunakan paket-paket khusus yang membawa informasi berupa status-status link yang ada dalam sebuah router. Paket ini kemudian dapat tersebar ke seluruh jaringan OSPF. Semua informasi link yang ada dalam router dikumpulkan oleh proses OSPF, kemudian dibungkus dengan paket LSA ini dan kemudian dikirimkan ke seluruh jaringan OSPF.

    Apa sih Paket LSA?
    Seperti telah dijelaskan di atas, paket LSA di dalamnya akan berisi informasi seputar link-link yang ada dalam sebuah router dan statusnya masing-masing. Paket LSA ini kemudian disebarkan ke router-router lain yang menjadi neighbour dari router tersebut. Setelah informasi sampai ke router lain, maka router tersebut juga akan menyebarkan LSA miliknya ke router pengirim dan ke router lain.

    Pertukaran paket LSA ini tidak terjadi hanya pada saat awal terbentuknya sebuah jaringan OSPF, melainkan terus menerus jika ada perubahan link status dalam sebuah jaringan OSPF. Namun, LSA yang disebarkan kali pertama tentu berbeda dengan yang disebarkan berikutnya. Karena LSA yang pertama merupakan informasi yang terlengkap seputar status dari link-link dalam jaringan, sedangkan LSA berikutnya hanyalah merupakan update dari perubahan status yang terjadi.

    Paket-paket LSA juga dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini dibuat berdasarkan informasi yang terkandung di dalamnya dan untuk siapa LSA ini ditujukan. Untuk membedakan jenisjenisnya ini, OSPF membagi paket LSA nya menjadi tujuh tipe. Masing-masing tipe memiliki kegunaannya masing-masing dalam membawa informasi Link State. Anda dapat melihat kegunaan masing-masing paket pada tabel “Tipe-tipe LSA packet”.

    Tipe-tipe Router OSPF
    Seperti telah ketahui, OSPF menggunakan konsep area dalam menjamin agar penyebaran informasi tetap teratur baik. Dengan adanya sistem area-area ini, OSPF membedakan lagi tipe-tipe router yang berada di dalam jaringannya. Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di mana letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh terhadap fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di mana router tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan menunjukkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF berdasarkan letaknya dan juga sekaligus fungsinya:

    • Internal Router
      Router yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router yang berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama akan menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal router. Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain, sehingga fungsinya hanya memberikan dan menerima informasi dari dan ke dalam area tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database topologi dan routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada dalam areanya. Router jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang dimilikinya ini hanya kepada router lain yang dianggapnya sebagai internal router.

    • Backbone Router
      Salah satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol OSPF adalah setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan sebuah area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah Area 0. Router-router yang sepenuhnya berada di dalam Area 0 ini dinamai dengan istilah backbone router. Backbone router memiliki semua informasi topologi dan routing yang ada dalam jaringan OSPF tersebut.

    • Area Border Router (ABR)
      Sesuai dengan istilah yang ada di dalam namanya “Border”, router yang tergolong dalam jenis ini adalah router yang bertindak sebagai penghubung atau perbatasan. Yang dihubungkan oleh router jenis ini adalah area-area yang ada dalam jaringan OSPF. Namun karena adanya konsep backbone area dalam OSPF, maka tugas ABR hanyalah melakukan penyatuan antara Area 0 dengan area-area lainnya. Jadi di dalam sebuah router ABR terdapat koneksi ke dua area berbeda, satu koneksi ke area 0 dan satu lagi ke area lain. Router ABR menyimpan dan menjaga informasi setiap area yang terkoneksi dengannya. Tugasnya juga adalah menyebarkan informasi tersebut ke masing-masing areanya. Namun, penyebaran informasi ini dilakukan dengan menggunakan LSA khusus yang isinya adalah summarization dari setiap segment IP yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan adanya summary update ini, maka proses pertukaran informasi routing ini tidak terlalu memakan banyak resource processing dari router dan juga tidak memakan banyak bandwidth hanya untuk update ini.

    • Autonomous System Boundary Router (ASBR)
      Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan dikonfigurasi menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi. Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF.




    [..Baca Selengkapnya..]

    OSPF - Konsep Area OSPF

    Pada posting sebelumnya ( OSPF - Cara Kerja ) , telah dibahas bagaimana sebuah router OSPF memulai aktivitasnya dalam melakukan pertukaran informasi routing dengan sesamanya. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh OSPF adalah membentuk komunikasi dengan para router tetangganya. Tujuannya adalah agar informasi apa yang belum diketahui oleh router tersebut dapat diberi tahu oleh router tetangganya.

    Begitu pula router tetangga tersebut juga akan menerima informasi dari router lain yang bertindak sebagai tetangganya. Sehingga pada akhirnya seluruh informasi yang ada dalam sebuah jaringan dapat diketahui oleh semua router yang ada dalam jaringan tersebut. Kejadian ini sering disebut dengan istilah Convergence.


    Setelah router membentuk komunikasi dengan para tetangganya, maka proses pertukaran informasi routing berlangsung dengan menggunakan bantuan beberapa paket khusus yang bertugas membawa informasi routing tersebut. Paket-paket tersebut sering disebut dengan istilah Link State Advertisement packet (LSA packet). Selain dari hello packet, routing protokol OSPF juga sangat bergantung kepada paket jenis ini untuk dapat bekerja.

    OSPF memang memiliki sistem update informasi routing yang cukup teratur dengan rapi. Teknologinya menentukan jalur terpendek dengan algoritma Shortest Path First (SPF) juga sangat hebat. Meskipun terbentang banyak jalan menuju ke sebuah lokasi, namun OSPF dapat menentukan jalan mana yang paling baik dengan sangat tepat. Sehingga komunikasi data Anda menjadi lancar dan efisien.

    Namun ada satu lagi keunggulan OSPF, yaitu konsep jaringan hirarki yang membuat proses update informasinya lebih termanajemen dengan baik. Dalam menerapkan konsep hirarki ini, OSPF menggunakan pembagian jaringan berdasarkan konsep area-area. Pembagian berdasarkan area ini yang juga merupakan salah satu kelebihan OSPF.

    Untuk Apa Konsep Area dalam OSPF?
    OSPF dibuat dan dirancang untuk melayani jaringan lokal berskala besar. Artinya OSPF haruslah memiliki nilai skalabilitas yang tinggi, tidak mudah habis atau “mentok” karena jaringan yang semakin diperbesar. Namun nyatanya pada penerapan OSPF biasa, beberapa kejadian juga dapat membuat router OSPF kewalahan dalam menangani jaringan yang semakin membesar. Router OSPF akan mencapai titik kewalahan ketika:

    • Semakin membesarnya area jaringan yang dilayaninya akan semakin banyak informasi yang saling dipertukarkan. Semakin banyak router yang perlu dilayani untuk menjadi neighbour dan adjacence. Dan semakin banyak pula proses pertukaran informasi routing terjadi. Hal ini akan membuat router OSPF membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor. Jika router tersebut tidak dilengkapi dengan memory dan processor yang tinggi, maka masalah akan terjadi pada router ini.

    • Topology table akan semakin membesar dengan semakin besarnya jaringan. Topology table memang harus ada dalam OSPF karena OSPF termasuk routing protocol jenis Link State. Topology table menrupakan tabel kumpulan informasi state seluruh link yang ada dalam jaringan tersebut. Dengan semakin membesarnya jaringan, maka topology table juga semakin membengkak besarnya. Pembengkakan ini akan mengakibatkan router menjadi lama dalam menentukan sebuah jalur terbaik yang akan dimasukkan ke routing table. Dengan demikian, performa forwarding data juga menjadi lamban.

    • Topology table yang semakin membesar akan mengakibatkan routing table semakin membesar pula. Routing table merupakan kumpulan informasi rute menuju ke suatu lokasi tertentu. Namun, rute-rute yang ada di dalamnya sudah merupakan rute terbaik yang dipilih menggunakan algoritma Djikstra. Routing table yang panjang dan besar akan mengakibatkan pencarian sebuah jalan ketika ingin digunakan menjadi lambat, sehingga proses forwarding data juga semakin lambat dan menguras tenaga processor dan memory. Performa router menjadi berkurang.

    Melihat titik-titik kelemahan OSPF dalam melayani jaringan yang berkembang pesat, maka para pencipta routing protokol ini juga tidak membiarkannya saja. Untuk itu, routing protokol ini dilengkapi dengan sistem hirarki yang berupa pengelompokan router-router OSPF dalam area. Dengan membagi-bagi router dalam jaringan menjadi tersegmen, maka akan banyak keuntungan yang akan didapat, khususnya untuk menangani masalah ketika jaringan semakin membesar dan perangkatnya semakin kehabisan tenaga. Untuk tujuan inilah konsep area diciptakan dalam routing protokol OSPF.


    [..Baca Selengkapnya..]

    OSPF - Jenis Area SPF

    Kekuatan dari OSPF ada pada sistem hirarkinya yang diterapkan dalam sistem area. Penyebaran informasi routing menjadi lebih teratur dan juga mudah untuk di-troubleshooting.

    Namun, ada kasus-kasus di mana sebuah segmen jaringan tidak memungkinkan untuk menggunakan OSPF sebagai routing protokolnya. Misalkan kemampuan router yang tidak memadai, atau kekurangan sumber daya manusia yang paham akan OSPF, dan banyak lagi. Oleh sebab itu, untuk segmen ini digunakanlah routing protocol IGP (Interior Gateway Protocol) lain seperti misalnya RIP. Karena menggunakan routing protocol lain, maka oleh jaringan OSPF segmen jaringan ini dianggap sebagai AS lain.

    Untuk melayani kepentingan ini, OSPF sudah menyiapkan satu tipe router yang memiliki kemampuan ini. OSPF mengategorikan router yang menjalankan dua routing protokol di dalamnya, yaitu OSPF dengan routing protokol IGP lainnya seperti misalnya RIP, IGRP, EIGRP, dan IS-IS, kemudian keduanya dapat saling bertukar informasi routing, disebut sebagai Autonomous System Border Router (ASBR).

    Router ASBR dapat diletakkan di mana saja dalam jaringan, namun yang pasti router tersebut haruslah menjadi anggota dari Area 0-nya OSPF. Hal ini dikarenakan data yang meninggalkan jaringan OSPF juga dianggap sebagai meninggalkan sebuah area. Karena adanya peraturan OSPF yang mengharuskan setiap area terkoneksi ke backbone area, maka ASBR harus diletakkan di dalam backbone area.

    Ada Berapa Jenis Area dalam OSPF?
    Setelah membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan membagi router-router di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya dalam sebuah area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di dalamnya. Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada dan bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah jenis-jenis area dalam OSPF:

    • Backbone Area
      Backbone area adalah area tempat bertemunya seluruh area-area lain yang ada dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan angka 0 atau disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA kecuali LSA tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh ABR.

    • Standar Area
      Area jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan tanpa disertai dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui informasi Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk adjacent dan saling bertukar informasi secara langsung. Dengan demikian, semua router yang ada dalam area ini akan memiliki topology database yang sama, namun routing table-nya mungkin saja berbeda.

    • Stub Area
      Stub dalam arti harafiahnya adalah ujung atau sisi paling akhir. Istilah ini memang digunakan dalam jaringan OSPF untuk menjuluki sebuah area atau lebih yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada cabang-cabangnya lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk dapat menuju ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki karakteristik tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini tidak menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing protokol lain yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi dengan kata lain, router ini hanya menerima informasi dari router-router lain yang berada dalam satu area, tidak ada informasi routing baru di router. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana area jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia luar kalau tidak ada informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar. Jawabannya adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima dan meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana kecuali ke segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada.

    • Totally Stub Area
      Mendengar namanya saja, mungkin Anda sudah bisa menangkap artinya bahwa area jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi perbatasannya. Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing apapun dari jaringan di luar jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe 3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini. Area jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default route untuk dapat menjangkau dunia luar.

    • Not So Stubby Area (NSSA)
      Stub tetapi tidak terlalu stub, itu adalah arti harafiahnya dari area jenis ini. Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki kemampuan spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak semuanya. Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah hanya external route yang diterimanya bukan dari backbone area. Maksudnya adalah router ini masih dapat menerima informasi yang berasal dari segmen jaringan lain di bawahnya yang tidak terkoneksi ke backbone area. Misalnya Anda memiliki sebuah area yang terdiri dari tiga buah router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone area dan koneksinya hanya berjumlah satu buah saja. Area ini sudah dapat disebut sebagai stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen jaringan lain yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika Anda masih mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah dengan NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani RIP.


    Performa Hebat Didukung Perangkat Hebat
    Jaringan Anda boleh bertambah besar, berapapun subnet IP di dalamnya, berapapun klien yang harus dilayani, dan berapapun server di belakangnya boleh-boleh saja bertambah. Percayakan saja pada routing protokol OSPF yang mengatur semua penyebaran informasi routing-nya. Namun ada satu yang perlu Anda perhatikan juga, ketika jaringan membesar dan routing protokol OSPF sudah terpecah-pecah menjadi beberapa area, perangkat router Anda juga harus mendukung kebutuhan tersebut. Perangkat router yang menjalankan routing protokol seperti OSPF, apalagi yang sudah terbagi-bagi menjadi beberapa area, sangat membutuhkan kekuatan processing dan memory.


    [..Baca Selengkapnya..]

    OSPF - Cara Kerja

    OSPF Bekerja pada Media Apa Saja?
    Seperti telah dijelaskan pada posting sebelumnya ( OSPF - Pengenalan OSPF ), OSPF harus membentuk hubungan dulu dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi seputar informasi routing. Untuk membentuk sebuah hubungan dengan router tetangganya, OSPF mengandalkan Hello protocol. Namun uniknya cara kerja Hello protocol pada OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut:

    • Broadcast Multiaccess
      Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam pencarian router-router neighbour-nya. Namun ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR). Apa itu DR dan BDR akan dibahas berikutnya.

    • Point-to-Point
      Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai neighbour. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPFRouters 224.0.0.5.

    • Point-to-Multipoint
      Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan Point-to-Point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya. Pesan-pesan routing protocol OSPF akan direplikasikan ke seluruh jaringan Point-to-Point tersebut.
      Pada jaringan jenis ini, traffic OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis broadcast multi-access adalah tidak adanya pemilihan Designated dan Backup Designated Router karena sifatnya yang tidak
      meneruskan broadcast.

    • Nonbroadcast Multiaccess (NBMA)
      Media berjenis Nonbroadcast multi-access ini secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-to-Point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah X.25 dan frame relay yang sudah sangat terkenal dalam menyediakan solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan media ini pun dikenal dua jenis penggunaan, yaitu jaringan partial mesh dan fully mesh.
      OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa meneruskan broadcast ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka dari itu untuk penerapan OSPF dalam media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR yang dilakukan secara manual. Setelah DR dan BDR terpilih, router DR akan mengenerate LSA untuk seluruh jaringan.
      Dalam media jenis ini yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki koneksi langsung ke seluruh router tetangganya. Semua traffic yang dikirimkan dari router-router neighbour akan direplikasikan oleh DR dan BDR untuk masing-masing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau seperti layaknya proses OSPF pada media Point-to-Point.

    Bagaimana Proses OSPF Terjadi?
    Secara garis besar, proses yang dilakukan routing protokol OSPF mulai dari awal hingga dapat saling bertukar informasi ada lima langkah. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:

    1. Membentuk Adjacency Router
      Adjacency router arti harafiahnya adalah router yang bersebelahan atau yang terdekat. Jadi proses pertama dari router OSPF ini adalah menghubungkan diri dan saling berkomunikasi dengan para router terdekat atau neighbour router. Untuk dapat membuka komunikasi, Hello protocol akan bekerja dengan mengirimkan Hello packet.

      Misalkan ada dua buah router, Router A dan B yang saling berkomunikasi OSPF. Ketika OSPF kali pertama bekerja, maka kedua router tersebut akan saling mengirimkan Hello packet dengan alamat multicast sebagai tujuannya. Di dalam Hello packet terdapat sebuah field yang berisi Neighbour ID. Misalkan router B menerima Hello packet lebih dahulu dari router A. Maka Router B akan mengirimkan kembali Hello packet-nya dengan disertai ID dari Router A.

      Ketika router A menerima hello packet yang berisikan ID dari dirinya sendiri, maka Router A akan menganggap Router B adalah adjacent router dan mengirimkan kembali hello packet yang telah berisi ID Router B ke Router B. Dengan demikian Router B juga akan segera menganggap Router A sebagai adjacent routernya. Sampai di sini adjacency
      router telah terbentuk dan siap melakukan pertukaran informasi routing.

      Contoh pembentukan adjacency di atas hanya terjadi pada proses OSPF yang berlangsung pada media Point-to-Point. Namun, prosesnya akan lain lagi jika OSPF berlangsung pada media broadcast multiaccess seperti pada jaringan ethernet. Karena media broadcast akan meneruskan paket-paket hello ke seluruh router yang ada dalam jaringan, maka adjacency router-nya tidak hanya satu. Proses pembentukan adjacency akan terus berulang sampai semua router yang ada di dalam jaringan tersebut menjadi adjacent router.

      Namun apa yang akan terjadi jika semua router menjadi adjacent router? Tentu komunikasi OSPF akan meramaikan jaringan. Bandwidth jaringan Anda menjadi tidak efisien terpakai karena jatah untuk data yang sesungguhnya ingin lewat di dalamnya akan berkurang. Untuk itu pada jaringan broadcast multiaccess akan terjadi lagi sebuah proses pemilihan router yang menjabat sebagai “juru bicara” bagi router-router lainnya. Router juru bicara ini sering disebut dengan istilah Designated Router. Selain router juru bicara, disediakan juga back-up untuk router juru bicara ini. Router ini disebut dengan istilah Backup Designated Router. Langkah berikutnya adalah proses pemilihan DR dan BDR, jika memang diperlukan.


    2. Memilih DR dan BDR (jika diperlukan)
      Dalam jaringan broadcast multiaccess, DR dan BDR sangatlah diperlukan. DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut. Semua paket pesan yang ada dalam proses OSPF akan disebarkan oleh DR dan BDR. Maka itu, pemilihan DR dan BDR menjadi proses yang sangat kritikal. Sesuai dengan namanya, BDR merupakan “shadow” dari DR. Artinya BDR tidak akan digunakan sampai masalah terjadi pada router DR. Ketika router DR bermasalah, maka posisi juru bicara akan langsung diambil oleh router BDR. Sehingga perpindahan posisi juru bicara akan berlangsung dengan smooth.

      Proses pemilihan DR/BDR tidak lepas dari peran penting Hello packet. Di dalam Hello packet ada sebuah field berisikan ID dan nilai Priority dari sebuah router. Semua router yang ada dalam jaringan broadcast multi-access akan menerima semua Hello dari semua router yang ada dalam jaringan tersebut pada saat kali pertama OSPF berjalan. Router dengan nilai Priority tertinggi akan menang dalam pemilihan dan langsung menjadi DR. Router dengan nilai Priority di urutan kedua akan dipilih menjadi BDR. Status DR dan BDR ini tidak akan berubah sampai salah satunya tidak dapat berfungsi baik, meskipun ada router lain yang baru bergabung dalam jaringan dengan nilai Priority-nya lebih tinggi.

      Secara default, semua router OSPF akan memiliki nilai Priority 1. Range Priority ini adalah mulai dari 0 hingga 255. Nilai 0 akan menjamin router tersebut tidak akan menjadi DR atau BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router pasti akan menjadi DR. Router ID biasanya akan menjadi sebuah “tie breaker” jika nilai Priority-nya sama. Jika dua buah router memiliki nilai Priority yang sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah router dengan nilai router ID tertinggi dalam jaringan.

      Setelah DR dan BDR terpilih, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan seluruh informasi jalur dalam jaringan.


    3. Mengumpulkan State-state dalam Jaringan
      Setelah terbentuk hubungan antarrouter-router OSPF, kini saatnya untuk bertukar informasi mengenai state-state dan jalur-jalur yang ada dalam jaringan. Pada jaringan yang menggunakan media broadcast multiaccess, DR-lah yang akan melayani setiap router yang ingin bertukar informasi OSPF dengannya. DR akan memulai lebih dulu proses pengiriman ini. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah yang memulai lebih dulu pengiriman data link-state OSPF tersebut pada jaringan Point-to-Point?

      Untuk itu, ada sebuah fase yang menangani siapa yang lebih dulu melakukan pengiriman. Fase ini akan memilih siapa yang akan menjadi master dan siapa yang menjadi slave dalam proses pengiriman.

      Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dahulu, sedangkan router slave akan mendengarkan lebih dulu. Fase ini disebut dengan istilah Exstart State. Router master dan slave dipilih berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Ketika sebuah router mengirimkan Hello packet, router ID masing-masing juga dikirimkan ke router neighbour.

      Setelah membandingkan dengan miliknya dan ternyata lebih rendah, maka router tersebut akan segera terpilih menjadi master dan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Setelah fase Exstart lewat, maka router akan memasuki fase Exchange. Pada fase ini kedua buah router akan saling mengirimkan Database Description Packet. Isi paket ini adalah ringkasan status untuk seluruh media yang ada dalam jaringan. Jika router penerimanya belum memiliki informasi yang ada dalam paket Database Description, maka router pengirim akan masuk dalam fase loading state. Fase loading state merupakan fase di mana sebuah router mulai mengirimkan informasi state secara lengkap ke router tetangganya.

      Setelah loading state selesai, maka router-router yang tergabung dalam OSPF akan memiliki informasi state yang lengkap dan penuh dalam database statenya. Fase ini disebut dengan istilah Full state. Sampai fase ini proses awal OSPF sudah selesai, namun database state tidak bisa digunakan untuk proses forwarding data. Maka dari itu, router akan memasuki langkah selanjutnya, yaitu memilih rute-rute terbaik menuju ke suatu lokasi yang ada dalam database state tersebut.


    4. Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan
      Setelah informasi seluruh jaringan berada dalam database, maka kini saatnya untuk memilih rute terbaik untuk dimasukkan ke dalam routing table. Jika sebuah rute telah masuk ke dalam routing table, maka rute tersebut akan terus digunakan. Untuk memilih rute-rute terbaik, parameter yang digunakan oleh OSPF adalah Cost. Metrik Cost biasanya akan menggambarkan seberapa dekat dan cepatnya sebuah rute. Nilai Cost didapat dari perhitungan dengan rumus:
      Cost of the link = 108 /Bandwidth
      Router OSPF akan menghitung semua cost yang ada dan akan menjalankan algoritma Shortest Path First untuk memilih rute terbaiknya. Setelah selesai, maka rute tersebut langsung dimasukkan dalam routing table dan siap digunakan untuk forwarding data.


    5. Menjaga Informasi Routing Tetap Upto-date
      Ketika sebuah rute sudah masuk ke dalam routing table, router tersebut harus juga me-maintain state database-nya. Hal ini bertujuan kalau ada sebuah rute yang sudah tidak valid, maka router harus tahu dan tidak boleh lagi menggunakannya.

      Ketika ada perubahan link-state dalam jaringan, OSPF router akan melakukan flooding terhadap perubahan ini. Tujuannya adalah agar seluruh router dalam jaringan mengetahui perubahan tersebut.

      Sampai di sini semua proses OSPF akan terus berulang-ulang. Mekanisme seperti ini membuat informasi rute-rute yang ada dalam jaringan terdistribusi dengan baik, terpilih dengan baik dan dapat digunakan dengan baik pula.


    Jaringan Besar? Gunakan OSPF!
    Sampai di sini proses dasar yang terjadi dalam OSPF sudah lebih dipahami, meskipun masih sangat dasar dan belum detail. Melihat proses terjadinya pertukaran informasi di atas, mungkin Anda bisa memprediksi bahwa OSPF merupakan sebuah routing protokol yang kompleks dan rumit. Namun di balik kerumitannya tersebut ada sebuah kehebatan yang luar biasa. Seluruh informasi state yang ditampung dapat membuat rute terbaik pasti terpilih dengan benar. Selain itu dengan konsep hirarki, Anda dapat membatasi ukuran link-state database-nya, sehingga tidak terlalu besar. Artinya proses CPU juga menjadi lebih ringan.


    [..Baca Selengkapnya..]

    OSPF - Pengenalan OSPF

    Yang menyebabkan OSPF menjadi terkenal adalah karena routing protokol ini notabene adalah yang paling cocok digunakan dalam jaringan lokal berskala sedang hingga enterprise. Misalnya di kantor-kantor yang menggunakan lebih dari 50 komputer beserta perangkat-perangkat lainnya, atau di perusahaan dengan banyak cabang dengan banyak klien komputer, perusahaan multinasional dengan banyak cabang di luar negeri, dan banyak lagi. Mengapa dikatakan paling cocok? Karena OSPF memiliki tingkat skalabilitas, reliabilitas, dan kompatibilitas yang tinggi. Mengapa demikian? Nanti akan dibahas satu per satu di bawah.


    Selain paling cocok, kemampuan routing protokol ini juga cukup hebat dengan disertai banyak fitur pengaturan. Sebuah routing protokol dapat dikatakan memiliki kemampuan hebat selain dapat mendistribusikan informasi routing dengan baik juga harus dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan penggunanya. OSPF memiliki semua ini dengan berbagai pernak-pernik pengaturan dan fasilitas di dalamnya.

    OSPF memang sangat banyak penggunanya karena fitur dan kemampuan yang cukup hebat khususnya untuk jaringan internal sebuah organisasi atau perusahaan. Dibandingkan dengan RIP dan IGRP, yang sama-sama merupakan routing protokol jenis IGP (Interior Gateway Protocol), OSPF lebih powerful, skalabel, fleksibel, dan lebih kaya akan fitur.

    Apa Sebenarnya OSPF?
    OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, Anda masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal.

    Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan.

    OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan.

    Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing protocol yang selalu berusaha untuk bekerja demikian.

    Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.

    Bagaimana OSPF Membentuk Hubungan dengan Router Lain?
    Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga.

    Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbour router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol.

    Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point.

    Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol dan pembentukan neighbour router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router OSPF berjalan.


    [..Baca Selengkapnya..]

    Jumat, 18 Juli 2008

    FITUR MPLS

    Salah satu feature MPLS adalah kemampuan membentuk tunnel atau virtual circuit yang melintasi networknya. Kemampuan ini membuat MPLS berfungsi sebagai platform alami untuk membangun virtual private network (VPN).


    VPN yang dibangun dengan MPLS sangat berbeda dengan VPN yang hanya dibangun berdasarkan teknologi IP, yang hanya memanfaatkan enkripsi data. VPN dpada MPLS lebih mirip dengan virtual circuit dari FR atau ATM, yang dibangun dengan membentuk isolasi trafik. Trafik benar-benar dipisah dan tidak dapat dibocorkan ke luar lingkup VPN yang didefinisikan.
    diperlukan. Namun tanpa metode semacam IPSec pun, VPN dengan MPLS dapat digunakan dengan baik.


    Di dalam VPN, customer dapat membentuk hubungan antar lokasi. Konektivitas dapat terbentuk dari titik mana pun ke titik mana pun (banyak arah sekaligus), tanpa harus melewati semacam titik pusat, dan tanpa harus menyusun serangkaian link dua arah. Ini dapat digunakan sebagai platform intranet yang secara efisien melandasi jaringan IP sebuah perusahaan. Ini juga dapat digunakan sebagai extranet yang menghubungkan perusahaan-perusahaan yang terikat perjanjian.


    Mekanisme pembentukan VPN telah tercakup dalam konfigurasi MPLS, sehingga tidak diperlukan perangkat tambahan di site customer. Bahkan, jika diinginkan, konfigurasi VPN sendiri dapat dilakukan dari site provider.


    Ada beberapa rancangan yang telah diajukan untuk membentuk VPN berbasis IP dengan MPLS. Belum ada satu pun yang dijadikan bakuan. Namun ada dua rancangan yang secara umum lebih sering diacu, yaitu MPLS-VPN dengan BGP, dan explicitly routed VPN. MPLSVPN dengan BGP saat ini lebih didukung karena alternatif lain umumnya bersifat propriertary dan belum menemukan bentuk final.


    Panduan implementasi MPLS-VPN dengan BGP adalah RFC-2547. BGP mendistribusikan informasi tentang VPN hanya ke router dalam VPN yang sama, sehingga terjadi pemisahan trafik. E-LSR dari provider berfungsi sebagai provider-edge router (PE) yang terhubung ke customer-edge router (CE). PE mempelajari alamat IP dan membentuk sesi BGP untuk berbagi info ke PE lain yang terdefinisikan dalam VPN. BGP untuk MPLS berbeda dengan BGP untuk paket IP biasa, karena memiliki ekstensi multi-protokol seperti yang didefinisikan dalam RFC-2283.


    GMPLS (generalised MPLS) adalah konsep konvergensi vertikal dalam teknologi transport, yang tetap berbasis pada penggunaan label seperti MPLS. Setelah MPLS dikembangkan untuk memperbaiki jaringan IP, konsep label digunakan untuk jaringan optik berbasis DWDM, dimana panjang gelombang (Lamda) digunakan sebagai label. Standar yang digunalan disebut MP?S. Namun, mempertimbangkan bahwa sebagian besar jaringan optik masih memakai SDH, bukan hanya DWDM, maka MPS diperluas untuk meliputi juga TDM, ADM dari SDH, OXC. Konsep yang luas ini lah yang dinamai GMPLS.


    GMPLS merupakan konvergensi vertikal, karena ia menggunakan metode label switching dalam layer 0 hingga 3 [Allen 2001]. Tujuannya adalah untuk menyediakan network yang secara keseluruhan mampu menangani bandwidth besar dengan QoS yang konsisten dan pengendalian penuh. Diharapkan GMPLS akan menggantikan teknologi SDH dan ATM klasik, yang hingga saat ini masih menjadi layer yang paling mahal dalam pembangunan network.

    Konvergensi Vertikal Transport

    [..Baca Selengkapnya..]

    QoS MPLS

    Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung, diperlukan penggabungan dua teknologi, yaitu implementasi QoS di access network dan QoS di core network. Seperti telah dipaparkan, QoS di core network akan tercapai secara optimal dengan menggunakan teknologi MPLS. Ada beberapa alternatif untuk implementasi QoS di access network, yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan customer.

    MPLS dengan IntServ
    Baik RSVP-TE maupun CR-LDP mendukung IntServ [Gray 2001]. RSVP-TE lebih alami untuk soal ini, karena RSVP sendiri dirancang untuk model IntServ. Namun CR-LDP tidak memiliki kelemahan untuk mendukung IntServ.

    Permintaan reservasi dilakukan dengan pesan PATH di RSVP-TE atau Label Request di CR-LDP. Di ujung penerima, egress akan membalas dengan pesan RESV untuk RSVP-TE atau Label Mapping untuk CR-LDP, dan kemudian resource LSR langsung tersedia bagi aliran trafik dari ingress. Tidak ada beda yang menyolok antara kedua cara ini dalam mendukung model IntServ.

    MPLS dengan DiffServ
    Dukungan untuk DiffServ dilakukan dengan membentuk LSP khusus, dinamai L-LSP, yang secara administratif akan dikaitkan dengan perlakukan khusus pada tiap kelompok PHB. Alternatif lain adalah dengan mengirim satu LSP bernama E-LSP untuk setiap kelompok PHB.

    Beda L-LSP dan E-LSP adalah bahwa E-LSP menggunakan bit-bit EXT dalam header MPLS untuk menunjukkan kelas layanan yang diinginkan; sementara L-LSP membedakan setiap kelas layanan dalam label itu sendiri. Baik RSVP-TE dan LDP dapat digunakan untuk mendukung LSP khusus untuk model DiffServ ini. RFC-3270 mengeksplorasi lebih jauh dukungan MPLS atas model DiffServ ini.


    [..Baca Selengkapnya..]

    SIGNALLING PROTOCOL MPLS


    Protokol Persinyalan
    Pemilihan path, sebagai bagian dari MPLS-TE, dapat dilakukan dengan dua cara: secara manual oleh administrator, atau secara otomatis oleh suatu protokol persinyalan. Dua protokol persinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE.
    RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk mendukung distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung persinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.

    Ada banyak kesamaan antara CR-LDP dan RSVP-TE dalam kalkulasi routing yang bersifat constraint-based. Keduanya menggunakan informasi QoS yang sama untuk menyusun routing eksplisit yang sama dengan alokasi resource yang sama. Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat protokol persinyalan bekerja. CR-LDP adalah protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan dalam tabel berikut [Wang 2001]

    CR-LDP Vs RSVP-TE


    Untuk standardisasi, sejak tahun 2003 sebagian besar implementor telah memilih untuk menggunakan RSVP-TE dan meninggalkan CR-LDP. Hal ini diinformasikan dalam RFC-3468. Lebih jauh, RSVP-TE dikaji dalam RFC-3209.

    [..Baca Selengkapnya..]

    MANAJEMEN MPLS

    Manajemen Path
    Manajemen path meliputi proses-proses pemilihan route eksplisit berdasar kriteria tertentu, serta pembentukan dan pemeliharaan tunnel LSP dengan aturan-aturan tertentu. Proses pemilihan route dapat dilakukan secara administratif, atau secara otomatis dengan proses routing yang bersifat constraint-based. Proses constraint-based dilakukan dengan kalkulasi berbagai alternatif routing untuk memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dalam kebijakan administratif. Tujuannya adalah untuk mengurangi pekerjaan manual dalam TE.

    Setelah pemilihan, dilakukan penempatan path dengan menggunakan protokol persinyalan, yang juga merupakan protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP. Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.

    Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain:
    • Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik trafik yang akan ditransferkan, termasuk
      nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini diperlukan untuk
      menghitung resource yang diperlukan dalam trunk trafik.

    • Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang dipakai untuk memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.

    • Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan kegagalan network.

    • Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah kegagalan.

    • Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan perbaikan.

    • Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar, misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan. Trafik seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.

    Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.

    Penempatan Trafik
    Setelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan melalui LSP. Manajemen trafik berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam LSP yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan, yang membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman, yang memetakan trafik itu ke dalam LSP.

    Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah distribusi beban melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit maupun eksplisit.

    Penyebaran Informasi Keadaan Network
    Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi network ke seluruh LSR di dalam network. Ini dilakukan dengan protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas. Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang dicadangkan untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut kelas resource. Informasi-informasi ini akan diperlukan oleh protokol persinyalan untuk memilih routing yang paling tepat dalam pembentukan LSP.

    Manajemen Network
    Performansi MPLS-TE tergantung pada kemudahan mengukur dan mengendalikan network. Manajemen network meliputi konfigurasi network, pengukuran network, dan penanganan kegagalan network.

    Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang batas.


    [..Baca Selengkapnya..]

    PAKET MPLS

    Enkapsulasi Paket
    Tidak seperti ATM yang memecah paket-paket IP, MPLS hanya melakukan enkapsulasi paket IP, dengan memasang header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 2 bit eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses traffic engineering.

    ENCAPSULASI MPLS


    Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table. Tabel itu berisi pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya. Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header. Dan bit stack pada header menunjukkan apakah suatu header sudah terletak di 'dasar' tumpukan header MPLS itu.


    Distribusi Label
    Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label. Ini mirip dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS. Salah satu protokol ini adalah LDP (Label Distribution Protocol).

    LDP hanya memiliki feature dasar dalam melakukan forwarding. Untuk meningkatkan kemampuan mengelola QoS dan rekayasa trafik, beberapa protokol distribusi label lain telah dirancang dan dikembangkan juga. Yang paling banyak disarankan adalah CR-LDP (constraint-based routing LDP) dan RSVP-TE (RSVP dengan ekstensi Traffic Engineering). Rekayasa Trafik dengan MPLS.

    Rekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah proses pemilihan saluran data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik. Panduan TE untuk MPLS (disebut MPLS-TE) adalah RFC-2702 [Awduche 1999a]. RFC-2702 menyebutkan tiga masalah dasar berkaitan dengan MPLS-TE, yaitu:

    • Pemetaan paket ke dalam FEC

    • Pemetaan FEC ke dalam trunk trafik

    • Pemetaan trunk trafik ke topologi network fisik melalui LSP


    Namun RFC hanya membahas soal ketiga. Soal lain dikaji sebagai soal-soal QoS. Awduche [1999b] menyusun sebuah model MPLS-TE, yang terdiri atas komponen-komponen: manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen network.

    [..Baca Selengkapnya..]

    MPLS-Multiprotocol Label Switch

    MPLS
    Teknologi ATM dan frame relay bersifat connection-oriented: setiap virtual circuit harus disetup dengan protokol persinyalan sebelum transmisi. IP bersifat connectionless: protokol routing menentukan arah pengiriman paket dengan bertukar info routing. MPLS mewakili konvergensi kedua pendekatan ini.
    MPLS, multi-protocol label switching, adalah arsitektur network yang didefinisikan oleh IETF untuk memadukan mekanisme label swapping di layer 2 dengan routing di layer 3 untuk
    mempercepat pengiriman paket. Arsitektur MPLS dipaparkan dalam RFC-3031 [Rosen
    2001].

    MEKANISME MPLS



    Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.
    Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network datagram yang bersifat lebih connection-oriented.

    [..Baca Selengkapnya..]