Rabu, 09 Juli 2008

KESEIMBANGAN IQ, EQ DAN SQ DALAM PERPEKTIF ISLAM

Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana konsep Islam tentang keseimbangan IQ, EQ dan SQ. Apakah Islam juga mengutamakan IQ semata atau sebaliknya memberi penekanan yang sama terhadap ketiga potensi tersebut. Makalah sederhana ini mencoba mendeskripsikan konsep Islam tentang keseimbangan IQ , EQ dan SQ.
Ajaran Islam Tentang IQ, EQ dan SO
Selaku orang yang beriman, tidak perlu ada keraguan betapa komplit dan universalitas ajaran Islam . Petunjuk Ilahi begitu sempurna, rahmat bagi seluruh alam dan berlaku hingga akhir zaman. Tinggal lagi kemauan dan kepiawaian orang beriman untuk menggali dan mengemas prinsip-prinsip yang telah diletakkan oleh al-Qur'an dan al-Hadis untuk menjawab tema yang menjadi bahan diskusi saat ini.

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta.

Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam. Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW yang mendorong manusia untuk selalu berfikir dan merenung. Redaksi al-Qur'an dan al-Hadis tentang berfikir atau mempergunakan akal cukup variatif. Ada yang dalam bentuk khabariah, insyaiyah, istifham inkary. Semuanya itu menunjukkan betapa Islam sangat concern terhadap kecerdasan intelektual manusia. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya. Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan ke-Mahakuasaan Sang Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuhnya Tauhid yang murni ."Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal" hendaknya dimaknai dalam konteks ini.
Sekedar contoh mari dilihat ayat-ayat berikut :

  1. Firman-Nya dalam al-Baqarah 164 mendorong manusia untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, pergantian malam dengan siang, dan betapa air hujan mengubah tanah yang tandus menjadi hijau kembali.
  2. Firman-Nya dalam ar-Ra'du 4 mengajak manusia untuk merenungkan betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.
  3. Firman-Nya dalam an-Nahlu 12 mengimbau orang yang berfikir untuk memikirkan pergantian malam dengan siang dan perjalanan planet-planet yang kesemuanya itu bergerak dengan aturan Allah.
  4. Firman-Nya dalam ar-Rum 24 mengajak manusia untuk memikirkan proses turunnya hujan dan manfaat air hujan bagi kehidupan di muka bumi.
  5. Teori "Big Bang" disebut al-Qur'an dalam al-Anbiyaa':30, teori "Nebula" (1 C': milyar galaksi) dalam ar-Rahman :38, thawaf alam semesta dalam al-Israa:44, dan "Black Hole"dengan gravitasinya yang sangat kuat, menjangkar dan menarik seluruh planet agar tetap pada orbitnya , dalam Yasin 38-40, dan sebagainya.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi.

2 Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Lain tidak karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang
integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri.

3 Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik . Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.4
Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurkan oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar lah yang dapat memancarkan EQ dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya adalah dosa. Oleh karena itu ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW banyak bicara tentang kesucian hati. Sekedar untuk menunjuk contoh dapat dikemukakan ayat-ayat dan hadis berikut :

  1. Firman-Nya dalam al-A'raf 179 menyatakan bahwa orang yang hatinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan kotor , disamakan dengan binatang, malahan lebih hina lagi.
  2. Firman-Nya dalam al-Hajj 46 menegaskan bahwa orang yang tidak mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya di muka bumi, adalah orang yang buta hatinya.
  3. Firman-Nya dalam al-Baqarah 74 menegaskan bahwa orang yang hatinya tidak disinari dengan petunjuk Allah SWT diumpamakan lebih keras dari batu.
  4. Firman-Nya dalam Fushshilat 5 menyatakan adanya pengakuan dari orang yang tidak mengindahkan petunjuk agama bahwa hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbaT
  5. Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh , dan bila ia rusak , rusak pulalah seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
  6. Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa bila manusia berbuat dosa tumbuhlah bintik-bintik hitam di hatinya. Bila dosanya bertambah, maka bertambah pulalah bintik-bintik hitam tersebut, yang kadang kala sampai menutup seluruh hatinya.

Mengacu kepada ayat dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa EQ berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan . Apabila petunjuk agama dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak positif terhadap kecerdasan emosional . Begitu pula sebaliknya.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas5. SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat .
Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir). Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan Sejak awal kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al-Af’idah selaku komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan qalbu .
Agar SQ dapat bekerja optimal, maka "Fuad" harus sesering mungkin diaktifkan. Manusia dipanggil untuk setiap saat berkomunikasi dengan fuad-nya Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanya dulu pendapat fuad/dhamir. Dengan cara demikian maka daya kerja SQ akan optimal, sehingga dapat memandu pola hidup seseorang. Inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau “sal dhamiruka” (tanya hati nuranimu). Fuad ibarat battery, yang kalau jarang dipakai maka daya kerjanya akan lemah, malah mungkin tidak dapat bekerja sama sekali. Dalam kaitan ini lah, agama menyeru manusia agar mengagungkan Allah, membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa. (al-Mudatstir, 74:1-5) Semuanya itu diperintahkan dalam kerangka optimalisasi daya kerja fuad / mempertinggi SQ seseorang.
Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana manusia memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal. Sebagai perbandingan ada baiknya penulis mengambil contoh berikut : "Apabila kita lupa sesuatu , bukan berarti hal yang terlupakan itu telah hilang dari tempat penyimpanannya, melainkan karena sistem untuk mengakses ke tempat penyimpanan memori tersebut sudah lemah. Akses ke tempat penyimpanan akan kembali kuat bila sering dipergunakan. Begitu pula sebaliknya."6 Demikian juga halnya dengan SQ, kalau sistem untuk mengaksesnya sering dipergunakan, maka daya kerjanya akan optimal. Allah SWT menjamin kebenaran SQ , karena ia merupakan pancaran sinar Ilahiyah. (al-Najmu, 53:11). Penegasan al-Qur'an ini menunjukkan bahwa SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi.7
Penutup
Sentuhan al-Qur'an dan al-Hadis yang begitu halus dan gamblang terhadap akal , qalbu dan fuad sebagai pusat IQ , EQ dan SQ menunjukkan bahwa Islam memberikan apresiasi yang sama terhadap ketiga sistem kecerdasan tersebut. Hubungan ketiganya dapat dikatakan
saling membutuhkan dan melengkapi . Namun kalau akan dibedakan , maka SQ merupakan "Prima Causa " dari IQ dan EQ. SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi.
Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya. Kondisi yang tidak ideal tersebut sudah waktunya diakhiri , dengan memberikan pendidikan dan kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ . Wa Allah 'alamu bi al-shawab

1 A. Winarno dan Tri Saksono, Kecerdasan Emosional, Jakarta, LAN, 2001, hal. 4.
2 Ibid, hal. 8
3 Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7, hal. xliii
4 Daniel Goleman, Working with Emotional Intelligence, (New York : Bantam Books, 1999) hal. 13.
5 Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Op. cit., hal 57
6 Taufik Bahaudin, Brainware Management, Jakarta : PT Gramedia, 2000, cet. Kedua, hal. 60
7 Ary Ginanjar Agustia, loc.cit

[..Baca Selengkapnya..]

Menggugat Rezim Otak Kiri (2)

OTAK manusia yang beratnya kira-kira 1,5 kg atau kurang dari 2,5% dari berat tubuh, terdiri dari 78% air, 10% lemak, 8% protein, menggunakan 20% energi tubuh, berisi lebih dari 100 milliar neuron, 1 trilyun sel glial, 1000 trilyun titik sambungan sinaptik, dan 280 kuintalium memori adalah organ yang menentukan jati diri pemiliknya.

Ned Hermann membagi otak dalam empat kuadran, yakni ;
  1. Kuadran Kiri Atas, disebut sebagai analis dengan dominasi terhadap berfikir logis, analisis fakta, dan pemrosesan angka;
  2. Kuadran Kiri Bawah, disebut sebagai organisator dengan dominasi terhadap perencanaan, pengorganisir hal teknis dan rinci;
  3. Kuadran Kanan Bawah, disebut personalis dengan dominasi terhadap interpersonal, intuisi, dan ekspresif; dan
  4. Kuadran Kanan Atas, disebut sebagai strategis/visualis dengan dominasi terhadap konsep, imajinasi, dan gagasan strategis. Distribusi dominasi otak seseorang tertinggi pada dua dominasi (60%), tiga dominasi (30%), satu dominasi (7%), dan empat dominasi (3%), dikutif dari Taufik Bahaudin (1999) dalam bukunya berjudul "Brainware Management".

Menurut para pakar, dunia memasuki "Era Otak", artinya seluruh aktivitas manusia berbasis otak. Keberhasilan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh keefektifan pengelolaan manusia berbasis otaknya, dan diakui oleh Prof. Diamond seorang neurologist dunia bahwa rahasia yang lebih dalam dari bagian otak manusia adalah bagian yang berurusan dengan ketakutan, kemarahan, emosi, seksualitas, cinta, dan gairah. Bahkan kecerdasan spiritual seseorang dapat dikelola dengan baik melalui keefektifan pengelolaan "God Spot" yang terdapat pada otaknya, demikian Zohar dan Marshall (2001) dalam "Spritual Intelligence". Jalaludin Rakhmat (2005) dalam bukunya "Belajar Cerdas" memperkuat asumsi tersebut, yakni "Belajar cerdas adalah belajar berbasiskan otak. Taufik Bahaudin (1999) menyatakan hal senada, bahwa; "perkembangan manajemen manusia telah memasuki generasi ke-5, yakni "Manajemen Berbasis Otak (Brainware Management)", dan Peter F. Drucker mengatakan bahwa saat ini adalah era "Knowledge to Knowledge Competition" artinya "Bagaimana otak belajar terbaik" menjadi bagian penting dalam menentukan daya saing individu, perusahaan, dan suatu bangsa.

Daniel H.Pink (2006) dalam bukunya "A Whole New Mind" menyatakan hal yang sama bahwa sekarang ini sedang terjadi perpindahan zaman dari era informasi menuju era konseptual, yang dimaknai sebagai "Era Kebangkitan Otak Kanan".

Kesalahan selama ini menurut Marilee Zdenek adalah; "Kita hidup dalam masyarakat yang sangat menghormati mereka yang "dominan menggunakan otak kirinya, yakni mereka yang mudah mengingat nama, pandai berhitung,.. mereka dipuji dan diberikan bintang di sebelah namanya. Sementara anak yang dominan menggunakan otak kanannya; yang melamun dan memandangi awan di langit, lebih suka mengarang dan menulis sajak dari pada belajar disuruh pulang dengan catatan malas dan/atau tidak disiplin", dikutip dari Freed dan Parson, (2006) dalam bukunya "Right Brained Children in a Left Brained World".

Para pendidik cendrungan menggunakan otak kiri yang bersifat auditory, berorientasi kepada fakta dan detail, dan memandang pembelajaran visual itu sebagai orang cacat. Jadi yang disebut sebagai krisis dalam pendidikan dan pembelajaran ini sebetulnya hanyalah kegagalan sekolah mengidentifikasi otak, fikiran dan gaya belajar peserta didiknya, kemudian ketidaktahuan menemukan model pembelajaran terbaik baginya, demikian Freed dan Parsons (2006). Geoge Dorry seorang psikolog Attention Deficit Desorder mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap sikap para pendidik/guru yang selalu mengatakan seorang anak "tidak mampu belajar" hanya karena keterbatasan pemahamannya tentang peserta didik, seperti ketidakpahamannya tentang kerja otak dan gaya belajar peserta didiknya.

Hal semacam ini sering terjadi, siswa menjadi bodoh karena mengalami proses pembodohan oleh pendidik/gurunya sendiri, seperti halnya penyandang cacat menjadi tidak berdaya bukan karena kecacatannya, melainkan lebih disebabkan oleh perlakuan masyarakat terhadap mereka yang tidak memberdayakannya. Orang bijak mengajari kita; "Janganlah menghakimi seseorang sebelum menjadi dirinya. Dunia ini dipenuhi oleh banyak orang yang tajam mata dan jauh pandangnya melihat kesalahan orang lain, tetapi ia menjadi buta mata dan hatinya ketika melihat kelemahan dirinya sendiri".

Howard Gardner (1991) dalam bukunya berjudul "The Unschool Mind" mengatakan bahwa yang terpenting dalam pendidikan dan pembelajaran adalah pemahaman kita tentang bagaimana anak berfikir, dan bagaimana seharusnya pembelajaran bagi mereka. Santiago Ramon y Cajal seorang yang lebih dikenal "Bapak Anatomi Otak" memberikan tambahan penjelasan, yakni; "perkembangan dan pertumbuhan cepat fisik otak sendiri dan jaringan saraf di dalamnya terutama tergantung pada umpan balik dari kegiatan orang yang bersangkutan", demikian dikutif dari Win Wenger (2003) dalam bukunya "Beyond Teaching and Learning".

Sekolah saat ini telah gagal menyekolahkan otak peserta didiknya, karena tidak memahami kerja otak, kita lebih banyak mengatasi kegagalan belajar dengan merusak otak. Sebagian pendidik tidak pernah memperoleh informasi tentang kerja otak manusia, karena ada yang berpandangan bahwa pembelajaran tentang "Otak atau Neurologi" tersebut adalah subject matters di sebuah sudut kecil fakultas kedokteran.

Kenyataannya di di era kebangkitan otak kanan telah memberikan implikasi terhadap dunia pendidikan dewasa ini, misalnya kurikulum sekolah medis/kedokteran di Amerika sedang mengalami perubahan terbesar dalam sejarahnya, yakni para mahasiswa sedang mempelajari pengobatan cerita dan terapi kuasa kata, karena riset memperlihatkan bahwa kendati kekuatan diagnosa komputer, namun bagian penting dari diagnosa terdapat dalam cerita dan bahasa pasien. Dan sedikitnya 50% sekolah medis/kedokteran di seluruh Amerika Serikat telah memasukkan spritualitas ke dalam kurikulumhnya. Di samping itu prestisius Sekolah Bisnis Harvard telah bergeser kepada Master Fine Art (MFA) dimana ijazahnya paling diminati di dunia saat ini, demikian Daniel H. Pink (2006).

Otak bekerja berdasarkan sebuah prinsip "use it ar lose it". Otak tidak sekolah disebabkan oleh banyak faktor, diantara sistem pendidikan dan pembelajaran yang tidak memfasilitasi pertumbuhan organ yang merupakan jati diri kita ini, dan mempersulit para pendidik/guru untuk memahami dan melaksankan pembelajaran yang mendidik. Mungkin sudah saatnya untuk memikirkan kembali pendidikan di negeri yang katanya ingin mencerdaskan kehidupan bangsa ini agar anak datang ke sekolah tidak hanya untuk membayar SPP, duduk, diam, dan pulang.

[..Baca Selengkapnya..]

Menggugat Rezim Otak Kiri (1)

DUNIA pendidikan kita kini sedang dalam kondisi kritis dan memprihatinkan. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah, tetapi juga ketiadaan visi serta politik pendidikan nasional yang jelas. Konsep pendidikan pun tereduksi menjadi sekadar kegiatan pengajaran yang dipersempit menjadi kegiatan kelas. Kini yang berlangsung di kelas, guru hanya mengejar target kurikulum sementara peserta didik dipacu mengejar Nilai Ebtanas Murni (kini Nilai UAN Murni).


Karena itu, apa pun kebijakan dan inovasi pendidikan yang telah dilakukan pemerintah maupun kalangan swasta, sadar atau tidak lebih diperuntukkan bagi mereka yang ber-intelligence quotient (IQ) tinggi. Padahal, fakta menunjukkan peserta didik yang memiliki otak relatif "encer", paling banyak hanya sekitar 10 persen-30 persen. Terlebih bila dikaitkan dengan model kurikulum di Indonesia yang tidak mengenal gradasi kemampuan peserta didik mulai dari yang kurang, rata-rata, pandai, hingga genius. Kendati saat ini beberapa sekolah mulai mencoba membuka kelas akselerasi dan kelas imersi, tidak pada tempatnya bila kita semata-mata menyalahkan peserta didik: yang tidak berdisiplin, yang malas belajar, tatkala menjumpai kualitas hasil belajar mereka cenderung terus menurun.

SEPERTI pernah dikatakan Pater Drost SJ (2000), sekolah kita kian lama kian menyangkal adanya gradasi kemampuan peserta didik. Di tahun 1950-an masih ada beberapa jenis sekolah, misalnya SMP-A, SMP- B, SMEP, SKP, ST, SMEA, SMA A, B, C (SMA IPA, SMA IPS, SMA Bahasa). Namun, sejak 1994 muncul pengebirian varian pada tiap jenjang sekolah sehingga untuk jenjang lanjutan pertama, yang ada hanya SMP dan SMA untuk jenjang lanjutan atas. Meski sekolah kejuruan menengah atas tetap ada, atensi lebih banyak diberikan kepada SMA. Yang mengherankan, pemerintah malah asyik dengan bermain singkatan kata (word abbreviation) yang tidak memiliki urgensi apa-apa; seperti misalnya SMP dan SMA diubah menjadi SLTP dan SMU serta pembakuan berbagai sekolah kejuruan menengah atas menjadi SMK. Namun, pada akhirnya tahun ini diputuskan untuk kembali lagi menjadi SMP dan SMA.

Bila sekolah memang hanya ditujukan untuk mereka yang berotak "encer", bagaimana nasib peserta didik yang hanya dianugerahi kepandaian sedang atau kurang? Tegakkah kita melihat emotional quotient mereka hancur lalu menjadi generasi frustrasi? Bagaimana seandainya mereka lalu melakukan penyimpangan-penyimpangan (delinquency) sebagai manifestasi pembelaan diri (defence mechanism)? Memang tidak dimungkiri, tugas sekolah adalah membentuk insan-insan intelektual yang mampu dan sanggup menjadi manusia demi manusia lain dalam lingkup profesinya. Namun, jangan lantas keburu menggarisbawahi intelektualitas saja dan melupakan yang empunya, yakni manusia. Artinya, selain penekanan aspek kognitif, pembentukan watak, karakter, harkat, dan martabat harus mendapat porsi seimbang.

Namun, dengan pengidolaan ilmu matematika, aritmatika, fisika, maupun kimia oleh orangtua dan guru serta menjadikan arogansi peserta didik yang meminatinya, menunjukkan sekolah rupanya sedang digiring ke ranah teknologis yang bersifat logis, rasional atau masuk akal. Sampai-sampai mata pelajaran agama pun diakses sekadar sebagai sebuah ritual, seremonial, tanpa pemahaman spiritual yang memerlukan pemikiran lebih daripada hanya menghafal yang menjadi porsi otak kiri. Dengan demikian, bila tidak memiliki kemampuan memorisasi cukup tinggi, peserta didik akan terdaftar dan terdata sebagai yang kurang berhasil dalam pendidikan. Dengan kata lain, memorisasi dianggap sebagai sebuah produk utama yang akan menunjang keberhasilan seseorang di masa depan.

YANG harus betul-betul dicermati kini adalah saat kurikulum pendidikan disetel dominan ke arah pembelajaran hafalan atau otak kiri, apakah kita juga menyadari, sebenarnya kita sedang dibentuk menjadi robot yang kualitasnya lebih bersifat materi saja? Ketika itu kita tarik dalam cakupan makro, maka akan terlihat motivasi jajaran elite pendidikan yang ingin mencetak generasi muda menjadi intelektual-intelektual tukang untuk melanggengkan sebuah dinasti. Hal ini banyak terjadi di negara dengan sistem yang jelas membatasi rakyatnya berpikir divergent atau negara yang mempraktikkan pseudodemokrasi.

Bagi yang nekat mengembangkan pola pikir divergent, mereka akan mudah dicap sebagai subversif karena keluar dari pakem yang sama artinya dengan menentang penguasa. Hal ini jelas akan memudahkan penguasa dalam mengorganisasi dengan cara totaliter dan otoriter. Mereka tidak akan dipusingkan oleh ulah provokator kreatif sebab hanya dikelilingi rakyat "berotak kiri" yang sulit bereaksi kendati mengalami tekanan dalam segala bidang. Sebuah bentuk pembajakan otak untuk tidak berpikir kreatif dan keluar dari jalur (lateralthinking).

Maka, bila lembaga-lembaga pendidikan masih saja tak bergeming dari penekanan sequentialitas, linieritas, dan detailitas pola berpikir peserta didik, produk yang dihasilkan pun akan lebih berorientasi pada pakem, ketundukkan, dan kepatuhan dibandingkan dengan attitude dan meaning of life. Kemapanan dan status quo mungkin akan menjadi moto hidup sehingga ketika mereka memiliki otoritas pun akan memersepsikannya sebagai sebuah kelanggengan. Bawahan atau pengikutnya akan dikendalikan sedemikian rupa sehingga hanya mampu berpikir mekanis. Artinya, bawahan tidak akan berbuat macam-macam yang tujuannya mengguncang kekuasaan.

Jadilah generasi terdidik kita bermental pegawai yang miskin imajinasi dan lemah karakter serta cenderung mengabdi pada kapitalisme-kapitalisme. Mereka terdegradasi status dan martabatnya sebagai pemeran pembantu atau obyek penderita. Padahal menurut Amartya Sein, peraih hadiah Nobel dari India, dalam buku Development as Freedom, tolok ukur keberhasilan pendidikan khususnya adalah seberapa jauh semua usaha yang telah dilakukan memberi ruang dan fasilitas yang lebih luas bagi pengembangan kepribadian dan kebebasan masyarakatnya. Dengan kata lain, proses dan hasil pembangunan dinilai gagal bila tidak mampu meningkatkan harkat kemanusiaan. Terlebih harus disadari, tren dunia pendidikan abad 21 ini tidak dapat lagi memusatkan pada kemampuan teknikal dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi alam sebagaimana abad-abad sebelumnya, tetapi bagaimana mengembangkan potensi manusia.

Mengacu pada hasil sebuah penelitian neuropsikologi membuktikan, potensi manusia yang sudah teraktualisasikan baru sekitar 10 persen sehingga masih terbuka segala kemungkinan yang berkaitan dengan peradaban manusia di masa datang, baik yang bersifat positif maupun negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah adanya inovasi-inovasi yang positif sehingga prestasi peradaban akan dapat diraih secara cepat dan efektif. Kemudian muncul istilah-istilah seperti brainware management yang intinya bagaimana mengoptimalkan potensi mind dan brain, quantum learning, accelerated learning, learning revolution, dan sebagainya. Asumsi jika mampu menggunakan potensi nalar dan emosi secara jitu, manusia akan mampu membuat loncatan-loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.

Namun, jangan diinterpretasikan, menggugat dominasi otak kiri berarti ingin menafikan perannya, tetapi lebih pada bagaimana menciptakan equilibrium (keseimbangan). Dari sudut pandang filsafat, keseimbangan artinya tidak ada kanan maupun kiri, tidak ada atas maupun bawah. Ia tidak membutuhkan posisi ekstrem. Keseimbangan berarti tidak ada apa-apa, kosong; kekosongan yang seimbang. Demikian halnya dengan keseimbangan berpikir. Ketika tercapai keseimbangan berpikir, sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Hanya saja kita tidak akan tahu bagaimana keseimbangan berpikir itu tercapai. Bahkan kita juga tidak tahu dalam posisi keseimbangan yang bagaimana. Oleh karena itu, jangan berpikir mengenai hasil akhir karena hanyalah sebuah reward of journey. Sementara the destination of journey adalah sebuah keyakinan bahwa keseimbangan itu sendiri adalah hidup.

KITA semua memahami, berpikir adalah sebuah pekerjaan mental, baik dengan otak kanan maupun kiri. Yang membedakan hanya karakter pandang masing-masing belahan. Selanjutnya tergantung bagaimana kita memberdayakan karakter-karakter yang ada. Jumlahnya pun di masing-masing belahan tidak tergolong sedikit, sekitar 40 karakter. Memang karakter itu sendiri tidak kasad mata sehingga tidak mengherankan bila kita melupakannya. Yang jelas, masih banyak karakter otak kanan yang sama sekali tidak berkembang atau sengaja tidak dikembangkan sejak lahir. Sekian banyak karakter otak kanan terabaikan hanya karena kuatnya sebuah rezim mengangkangi pola berpikir kita.

Saat banyak orang tersadar otak kanan mesti diberdayakan, dunia usaha pun jeli menangkap peluang. Maka, menjamurlah kursus-kursus tentang emotional quotient yang menawarkan pembelajaran perihal karakter emosi. Tidak hanya itu, peserta pun diberi garansi akan mencapai kematangan emosi dengan data akurat berupa skor angka setelah melewati berbagai tes. Tanpa sadar, mereka yang mengikuti kursus itu terjebak sebuah kamuflase. Modul pelatihan diarahkan ke otak kanan, tetapi proses pelatihan itu sendiri masih mempergunakan otak kiri yang mekanis. Selain itu, aspek emosi seharusnya tidak boleh diukur dalam sebuah tes layaknya mengukur IQ, lalu diangkakan lewat penghitungan matematis. Bukankah itu sebuah upaya pembodohan serta siasat licik dunia bisnis yang lagi-lagi mengabdi pada kapitalisme-materialisme?

Karena itu, insan-insan yang berkiprah di dunia pendidikan mulai sekarang harus memberanikan diri mereformasi pola berpikir yang selama ini mengekor pada pola politik pemerintahan atau rezim tertentu demi melanggengkan status quo. Jadilah pendidik yang berkapasitas otak baru dan seimbang, kanan dan kiri, layaknya sebuah orkestra yang apik. Lalu, tularkan kepada peserta didik sembari mengajak mereka belajar menyiapkan kehidupan masa depan secara holistis dan terpadu sehingga mereka benar-benar menemukan quality of life yang sejati.


[..Baca Selengkapnya..]

Minggu, 06 Juli 2008

MIND MAPPING DALAM METODE QUANTUM LEARNING

Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.

Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya ( Eric Jensen. 2002:21 )

Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada mahluk hidup terbagi menjadi tiga bagian yaitu, batang atau otak reptilia (Primitif). Sistem limbic atau otak mamalia, dan neokorteks. Masing-masing berkembang dalam waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi mahluk hidup. Perkembangan evolusi pertama adalah otak reptile memiliki peranan yang berkaitan dengan insting pertahanan hidup, bernafas, mencari makan, dan dorongan untuk mengembangkan spesies.Manusia memiliki unsur-unsur yang sama dengan reptilia dan otak reptil merupakan komponen kecerdasan terendah dari manusia ( Bobbi de Poter dan Hernacki, 1999:26-28 ). Lebih lanjut Taufik Bahaudin ( 1999: 42 ) menjelaskan, disekeliling otak reptil terdapat sistem limbik yang disebut sebagai otak mamalia atau paleo mamalian, otak ini berkaitan dengan perasaan atau emosi, memori, bioritmik dan sistem kekebalan. Sistem limbik memungkinkan untuk merekam suatu kejadian yang menyenangkan. Bagian ketiga, neokorteks atau otak neomamalian, otak ini terbungkus dibagian atas dan sisi-sisi sistem limbik. Otak neomamalian memiliki kemampuan belajar, berbicara, mengembangkan kreativitas, memehami angka-angka, memecahkan masalah dan dapat menentukan perilaku dalam berhubungan dengan orang atau mahluk lain ataupun dengan lingkungan.

Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia merupakan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak binatang lainnya termasuk otak binatang mamalia, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar oleh karena itu otak manusia dapat dikatakan sebagai otak belajar. Hal ini yang dapat membedakan otak manusia dengan otak binatang mamalia terletak pada fungsi sistem limbik.

Sistem limbik pada otak binatang mamalia hanya digunakan hanya untuk hal-hal yang sederhana seperti kemampuan binatang merekam sesuatu yang meyenagkan dan tidak meyenangkan. Sedangkan sistem limbik pada manusia memiliki fungsi yang sangat kompleks. Otak manusia terbagi atas cereblal cortex disebut neo cortex, basal ganglia, sistem limbik, otak tengah, batang otak, dan otak kecil. Neocortex disebut juga “the thinking cap” atau otak berfikir atau otak rasional yang sekaligus menjadi bagian otak luar yang menutupi bagian otak yang ada di dalam yaitu sistem limbik. Neocortex meliputi 80 persen dari seluruh volume otak manusia. Neocortex pada otak manusia memberikan kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, berbicara berprilaku dan sebagainya ( Taufik Bahaudin, 1999:57-60 ).

Sistem limbic atau disebut juga sebagai otak emosional yang merupakan pusat otak yang berperan dalam mengendalikan emosi. Sistem limbic berasal dari bahasa latin Limbus yang artinya kerah atau cincin yang membungkus batang otak seperti kerah ( Gordon Dryden dan Jeannette Vos. 2003:117 ).Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:60 ) menjelaskan bahwa sistem limbic memberikan konstribusi yang mendasar terhadap proses belaja, yaitu melakukan peran vital dalam meneruskan informasi yang diterima kedalalm memori. Sistem limbic juga terkait dengan peran thalamus dan hypothalamus yang berperan dalam mengatur suhu tubuh, keseimbangan kimia tubuh, detak jantung, tekanan darah dan seks. Sistem limbic merupakan pusat pengaturan emosi seperti marah, senang, rasa lapar, haus, kenyang dan lainnya. Sistem limbic juga terlibat dalam bekerjanya sistem ingatan,l yaitu pengiriman informasi dari ingatan berjangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan kiri. Masing-masing kedua belahan ini bertanggung jawab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam kemampuan – kemampuan tertentu (Bobbi de Porter dan Hernacki,1999:28). Lebih lanjut Taufik Bahaudin (1999:45) menjelaskan bahwa, belahan otak kanan terkait mengenai gambar,imajinasi, warna, ritme dan ruang. Otak kiri berkenaan dengan angka-angka,, kata-kata, logika, urutan atau daftar dan rincian–rincian.

Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemrosesan logika.kata-kata, matematika dan urutan atau yang disebut sebagai otak yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Oatak kana berkaitan dengan irama, rima, musik. Gambar dan imajinasi atau yang disebut sebagai otak berkaitan dengan aktivitas kreatif. Kedua belahan otak ini dihubungkan oleh corpus collosum yang secara konstan manyeimbangkan pesan-pesan yang datang dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistik dengan pesan kongkret dan logis ( Gordon Dryden Jeannette Vos. 2003:125 ).

Sebagian besar orang hanya menggunakan otak kirinya sebagai berkomunikasi dan perolehan informasi dalam bentuk verbal ataupun tertulis. Bidang pendidikan, bisnis, dan sains cenderung yang digunakan adalah otak belahan kiri. Dalam proses belajar siswa selalu dituntut untuk mempergunakan belahan otak kiri ketika menerima materi pelajaran. Materi pelajaran akan diubah dan diolah dalam bentuk ingatan. Terkadang siswa tidak dapat mempertahankaan ingatan tersebut dalan jangka waktu yang lama. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara kedua belahan otak yang akhirnya dapat menimbulkan terganggunya kesehatan fisik dan mental seseorang.

Untuk menyeimbangkan kecenderungan salah satu belahan otak maka diperlukan adanya masukan musik dan estetika dalam proses belajar. Masukan musik dan estetika dapat memberikan umpan balik positif sehingga dapat menimbulkan emosi positif yang membuat kerja otak lebih efektif ( Bobbi de Porter dan Hernacki.1999:38 )

Informasi yang diperloleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan dismpan menjadi sebuah ingata. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistim limbic. Siswa menginginkan matri pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi se buah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbnagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari,

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan.

Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.

Otak tidak dapat langsung mengolah nformasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat , tulis , susun , menghubungkan apa yang didengaran menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemkiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Bobbi de Portyer dan Hernacki, 1999: 152).

Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping), yaitu cara yang paling mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfiki otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang bearsal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi tak (Tonny dan Bary Buzan, 2004: 68).

Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup da sedang bekerja (Taufik Bahaudin, 1999: 53). Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (199: 152) menjelaskan, peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.

Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya Iwan Sugiarto, 2004:75).

Pemetaan pikiran merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Peta pikiran sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memnperkuat, dan mengingat kemabli informasi yang telah dipelajari (Eric Jensen, 2002: 95).

Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisioanl (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind mapping).

Tabel 1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping

Catatan Biasa

1. hanya berupa tulisan-tulisan saja
2. hanya dalam satu warna
3. untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5. statis

Peta Pikiran
1. berupa tulisan, symbol dan gambar
2. berwarna-warni
3. untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5. membuat individu menjadi lebih kreatif.


Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.

Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum leanrnning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning berakar dari uapaya Dr. Georgi Lozanov, seorang psikolog yang berupaya mengembangkan prinsip yang disebut “suggestology” atau “suggestopedia. Menurutnya sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar dan setiap detil keadaan apapun memberikan sugesti positif atau negative (Bobbi de Porter, 1999: 14).

Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti positif maka akan buruk dampak nya bagi proses dan hasil belajar. Lingkungan belajar yang baik akan memberikan kekuatan AMBAK (apa manfaatnya bagiku) dalam diri siswa. Jika siswa memiliki kekuatan tersebut, maka siswa akan termotivasi untuk melakukan kegiatan

Motivasi merupakan kekuatan atau daya. Motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2000: 37).

Motivasi dapat muncul karena adanya sugesti positif dari siswa sebagai akibat dari lingkungan belajar yang menyenangkan. Suasana dan keadaan ruangan kelas menunjukkan arena belajar yang dapat mempengaruhi emosi sehingga sugesti-sugesti tersebut menjadi cahaya yang mampu menjadi lokomotif yang dapat membangkitkan energi belajar. Sebagaimana rumus fisika yang terkenal dengan rumus kuantum E = mc2 , energi merupakan masa kali kecepatan cahaya kuadrat.Tubuh secara fisik dapat diartikan sebagai materi Agar menghasilkan banyak energi cahaya, maka siswa berusaha menjalin interaksi, hubungan dan inspirasi (Nandang Hidayat , 2004).

Quantum Learning Memadukan Suggestology, neuroligistik (NLP) dan mempercepatan belajar dengan teori. Neuroligistik (NLP), yaitu suatu penelitian yang mengkaji bagaimana otak mengatur informasi yang ada. Adanya hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang dan belajar. Neuorolinguistik dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian diantara siswa dan guru (Bobbi de Porter dan Hernacki, 1999:14).

Neuro-Linguistik Programming (NLP), berbicara mengenai bagaimana cara pengendalian fisiologis bisa mempengaruhi atau mengendalikan emosi dan otak. Tinggi rendahnya kemampuan fisiologis ini tergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan tubuh. Secara sederhana NLP berperan melalui pengendalian fisiologis yang baik dapat meningkatkan atau mengembangkan pola pikir yang lebih baik. Pola pikir yang membuat perilaku seseorang sehari-hari menjadi kompetitif, mampu mencapai hasil kerja yang luar biasa dan pada akhirnya akan membuat seseorang mencapai kehidupan yang lebih baik dan bernilai (Taufik Bahaudin, 1999:332).

Daniel Goleman menjelaskan, seseorang dalam menjalani kehidupan dan belajar bukan saja melibatkan IQ tetapi juga melibatkan emosi Suasana dan pikiran, kekuatan emosi), bekerja sama dalam pikiran dan rasional, mengaktifkan atau menonaktifkan pikiran sehingga dapat menuntun keputusan seseorang setiap waktu. IQ tidak dapat bekerja pada puncaknya jika tidak ada keterlibatan emosional (Bobbi de Porter dkk,2000:22)

Perpaduan quantum learning lainnya adalah pemercepatan belajar (accelerated learning), merupakan seperangkat metode dan teknik pembelajaran yang memungkinkan anak didik dan kecepatan yang mengesankan, tetapi melalui upaya normal dengan penuh keceriaan. Belajar quantum menyatukan permainan. Hiburan, cara berfikir dan bersikap positif. Kebugaran fisik dan kesehatan emosional yang terpelihara dan dikemas secara sinergis dalam aktivitas pembelajaran mendorong terjadinya pemercepatan belajar (Nandang Hidayat.2004).

Berdasarkan uraian pengertian quantum learning dapat ditarik kesimpulan bahwa quantum learning adalah suatu metode belajar yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan inteksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.

1. Pengaruh Metode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (mind mapping) terhadap Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil belajar sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti pelajaran.

Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan. Peta pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaian satu sama lain. Sehngga akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang memusatkan kegiatan belajar pada guru. Siswa hanya duduk, menengarkan dan menerima informasi. Cara penerimaan informasi akan kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan daya ingat, walaupun ada proses penguatan yang berupa pembuatan catatan, siswa membuat catatan dalam bentuk catatan yang monoton dan linear.

Penggunaan metode pembelajaran yan sesuai sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan metode pembelajaran yang yang sesuai siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam dirinya. Metode quantum learning adalah metode yang sangat tepat untuk pencapian hasil belajar yang diinginkan dan untuk pengembangan potensi siswa. proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi di dalam dirinya, emosi dapat mempngaruhi pencapaian hasil belajar apakah hasilnya baik atau buruk. Metode pembelajaran kuantum berusaha menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang berhubungan dengan hal yang bersifat logis (seperti belajar) dan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif).

Salah satu teknik mencatat yang dikembangkan dalam metode pembelajaran kuantum adalah teknik pemetaan (mind mapping). Dengan digunakannya mind mapping maka akan terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Dengan adanya teknik mind mapping atau pemetaan pikiran diduga prestasi siswa akan meningkat.

2. PengaruhMetode Quantum Learning dengan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) terhadap kreativitas (sikap kreatif siswa).

Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yan dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga data menciptakan suatu produk yang baru dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreativitas muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan. Produk dari kreativitas dapat dihasilkan melalui serangkaian tahapan yang memerlukan waktu relatif lama. Secara efektif individu kreatif memiliki ciri rasa ingin tahu yan besar, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan, mempnyai rasa humor, ingin mencari pengalaman-pengalaman baru

Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada , sehingga mnimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang menari akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar

Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang telah dipelajari. Dalam metode konvensional siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya.

Sistem limbic pada otak manusia memiliki peranan penting dalam penyimpanan dan pengaturan informasi (memori) dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang secara tepat. Dalam proses belajar, siswa meginginkan materi pelajaran yang diterima menjadi memori jangka panjang sehingga ketika materi tersebut diperlukan kembali siswa dapat mengingatnya. Belahan neocortex juga memiliki peranan penting dalam penguatan memori. Belahan otak kiri yang berkaitan dengan kata-kata, angka, logika, urutan, dan rincian (aktivitas kademik). Belahan otak kanan berkaitan dengan warna, gambar, imajinasi, dan ruang atau disebut sebagai aktivitas kreatif. Jika kedua belahan neocortex ini dipadukan secara bersamaan maka informasi (memori) yang diterima dapat bertahan menjadi memori jangka panjang. Mind mapping merupakan teknik mencatat yang memadukan kedua belahan otak. Sebagai contoh, catatan materi pelajaran yang dimiliki siswa dapat dituangkan melalui gambar, simbol dan warna. Mind Mapping mewujudkan harapan siswa untuk memori jangka panjang. Materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk peta pikiran akan mempermudah sistem limbic memproses informasi dan memasukkannya menjad memori jangka panjang.

Keuntungan lain penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim imbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran yang terdapat dalam pembelajaran kuantum adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran diduga kreatifitas(sikap kreatif) siswa akan meningkat.



Penutup

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses belajar, pembelajaran memiliki dua unsur penting yakni siswa dan guru. Bagi siswa metode pembelajaran sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan potensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Quantum learning sebagai salah satu metode belajar dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar metode Quantum Learning dengan teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.




[..Baca Selengkapnya..]

Mikul Dhuwur Mendem Jero

Tiap peribahasa ini memiliki makna yg dalam. Tapi apakah tiap peribahasa itu bisa dimaknai sesuai dengan zamannya? Atau bahkan maknanya bisa berubah, tergantung siapa yang memberi tafsiran? Bagaimana menurut Anda?

Saya yakin akan seru kalau kita berbicara ttg ini: witing trisno jalaran soko kulino. Tp kali ini saya mau membahas dulu apa makna yg ada dalam peribahasa Jawa: “mikul dhuwur” “mendem jero”. Salah satu dari 14 prinsip filosofi jawa.

Menurut buku pepak boso jowo dan sapolo boso (ini bukan kitab suci orang Jawa kuno, ini buku pegangan untuk pelajaran Bhs Daerah Jawa saat masih SD-SMP ) adalah menghormati pemimpin atau keluarga dengan mengenang jasanya dan menutupi keburukannya. Jadi orang Jawa dengan “mikul dhuwur” mendem jero-nya berusaha menanamkan nilai betapa pentingnya menjaga nama baik keluarga, kelompok, atau pun bangsanya.


Mikul Dhuwur

Frasa “mikul dhuwur” arti konotasinya kira-kira memikul/menjunjung setinggi-tingginya. Makna yang terkandung di dalamnya adalah hendaknya setiap anggota keluarga- suku, bangsa, atau jenis kumpulan manusia lainnya- menjunjung tinggi–setinggi-tinggnya nama baik kelompok di muka umum. Hal ini bisa diartikan dengan mengekspos dan menghormati keunggulan-keunggulan kelompok di depan khalayak ramai.

Konotasi Positif
Konsep “mikul dhuwur” seperti di atas rupanya juga dipake oleh negara-negara dalam lingkup hubungan luar negeri mereka. Ambil contoh Indonesia dengan “Visit Indonesia 2008″ atau Malaysia dengan jargon “Malaysia truly Asia”. Itu contoh politik luar negeri dua bangsa rumpun melayu dalam bidang pariwisata.


Konotasi Negatif
“Mikul dhuwur” juga diterapkan dalam bidang perfilman. Contohnya tiap seri film Rambo (jadi ingat Rambo IV yang sadis ). Apapun lawannya, berapapun jumlahnya, hollywood dengan Rambo-nya ingin menunjukkan bahwa Amerika adalah bangsa yang perkasa. Kita juga bisa melihat hal sejenis di berbagai film hollywood.

Kita coba kembali ke masa lalu. Di kala Soviet masih pantas disebut berjaya. Di kala itu pula dua adikuasa mencoba me-”mikul dhuwur” ketenaran kekuatannya. Adu uji coba rudal antara USSR dan USA bukan hal yg aneh waktu itu. Ingat pula siapa yg pertama kali mengeksplorasi ruang angkasa?! Ya… seorang kosmonot Soviet. Sebuah usaha dari pemerintah Soviet untuk me-”mikul dhuwur” martabat bangsanya.

Amerika Serikat tak mau kalah. Bila Soviet menjelajahi langit, maka Amerika menjelajahi bawah laut… yang kala itu sama misteriusnya dengan ruang angkasa. Tujuannya pun sama, “mikul dhuwur” bangsanya.

Ribuan contoh akan kita temukan tentang usaha suatu negara untuk menjunjung tinggi martabat rakyat atau pemimpinnya. Tentu masih ingat dengan gelar Pemimpin Besar Revolusi, Bapak Pembangunan, Panglima Besar, dll. Bahkan tujuan pembuatan Curiculum Vitae pun adalah untuk “mikul dhuwur” di pemilik CV.

Dan… orang Jawa membahasakan itu semua dalam frasa “mikul dhuwur“. (mungkin di budaya lain prinsip seperti ini juga ada, hanya saja saya tidak tahu).


Mendem Jero

Beralih ke pasangan “mikul dhuwur“. Frasa “mendem jero” kira-kira arti konotasinya memendam/mengubur sedalam-dalamnya. Memendam/menutupi segala keburukan, aib, dan kelemahan. Dalam konotasi positif, “mendem jero” dimaknai sebagai usaha untuk menjaga nama baik keluarga, orang tua, masyarakat, atau jenis kelompok manusia lainnya.

“Mendem jero” dalam konotasi negatif bisa dimaknai menutupi kekurangan yang seharusnya diketahui orang (yang seharusnya transparan).

Berbincang mengenai tutup-menutup keburukan, saya jadi teringat istilah ghibah. Saya yakin banyak yg tau apa itu ghibah. Ghibah dalam bahasa Jawa artinya ngrasani. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan membicarakan keburukan orang. Dalam kaidah bahasa Arab, ghibah itu tidak sekedar membicarakan keburukan orang. Disebut ghibah ketika orang yang dibicarakan tidak mau keburukannya diketahui orang lain atau tujuan pembicaraan tersebut bukan untuk mencari solusi.

Oleh karena itu, bukan disebut ghibah bila membicarakan orang yang bangga dengan keburukannya (agul ku payung butut kata orang Sunda) atau setidaknya tidak malu akan keburukan tersebut. Atau bila kita membahas keburukan tersebut untuk mencari solusi.

Kembali ke “mendem jero“. Prinsip “mendem jero” mengajarkan pada kita menutupi aib yang kita miliki. Di mana aib tersebut memang tak perlu diketahui orang lain. Misalnya mungkin Anda (bukan saya… hehe ) masih suka ngompol pada umur setua ini. Aib tersebut tak perlu diketahui orang lain. Apa lagi ditulis di CV . Membohongi masyarakat kah??! Tentu tidak. Kita tidak berbohong. Kita hanya tidak mengatakan seluruh kenyataan. Toh kenyataan tersebut tidak “merugikan” siapa pun.

Jadi teringat email dari seorang saudara perempuan di milis csui05 kemarin. Email tentang “keharusan” menutupi aib. Email tersebut menyebutkan bahwa Rosulullah (semoga sholawat dan salam tetap tercurah pada beliau) berwasiat kepada Saidina Ali bin Abi Tholib ra. Dalam wasiat tersebut (pada salah satu bagiannya) Rosulullah SAW mengatakan bahwa ada 3 ciri orang yang JUJUR:
1. Merahasiakan ibadahnya.
2. Merahasiakan sedekahnya.
3. Merahasiakan ujiannya yang menimpa kepadanya.
Catatan penulis : Karena orang jujur kemungkinan kecil menerima adzab maka keburukan-keburukan yang dimilikinya merupakan bagian dari ujian. Dan… sanad dari hadist tersebut tidak dicantumkan. Jadi meskipun (menurut saya) makna dari hadist tersebut luar biasa, hadist tersebut tidak bisa dijadikan dasar hukum untuk mengambil keputusan.

Inti dari menutup aib (mendem jero) adalah jangan ceritakan keburukan (kita, teman, keluarga) pada orang lain yang tidak berkepentingan dengan hal tersebut. Salah satu dua contoh yang berkepentingan di sini misalnya orang yang kita yakin bisa memberi solusi terhadap aib tersebut atau kepada orang yang akan kita pinang untuk jadi pasangan hidup(kan terus terang luar dalam… ).

“Mikul dhuwur mendem jero“. Adalah salah satu produk bangsa kita yang mengajarkan untuk menjunjung tinggi kehormatan dengan mengemukakan keunggulan dan menutupi keburukan. Saya yakin bahwa di setiap akar budaya suku manapun di Indonesia pasti tersimpan nilai-nilai yang luar biasa. Adakah yang mau berbagi ilmu tentang nilai-nilai itu??

Nah, kalau begitu. Mulai sekarang mari kita “mikul dhuwur “mendem jero” marang bansane” — menjunjung tinggi kehormatan bangsa kita-Indonesia. Saatnya tunjukkan pada dunia bahwa kita memang bangsa yang besar. Ok…!


[..Baca Selengkapnya..]

Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli

Sekali lagi tentang peribahasa. Dan tentu saja Jawa (baru budaya Jawa yang saya pahami). Secara kata-perkata, “Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli” artinya sepi dalam pamrih, ramai(banyak/rajin) dalam bekerja, cepat tanpa mendahului, tinggi tanpa melebihi .
Benar-benar kaya bangsa ini akan nilai luhur. Kita, sebagai pewaris negeri (jadi ingat playlist ) cukup tinggal melaksanakan dan mewariskannya saja.

“Sepi ing pamrih rame ing gawe” menanamkan pada kita bahwa bekeja keras itu tak perlu banyak pamrih. Pamrih boleh ada, asalkan sepi-sepi saja dan gawe-nya banyak. Jadi, kalau mau bantu orang, tidak perlu memikirkan pamrih. Meninggalkan kesan baik pada orang yang kita bantu itu harganya jauh lebih luar biasa daripada pamrih yang kita harapkan.
Jadi teringat kata-kata ini, “Kami tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia. Tidak mengharap harta benda atau imbalan lainnya. Tidak juga popularitas. Apalagi sekedar ucapan terimakasih.” Terimakasih kepada Imam Hasan Al Banna atas nasihatnya.
Beberapa bulan lalu, saya pernah bantu setting modem broadband temen. Modemnya sih cupu, tetapi bagi orang-orang yang jarang mainan sama barang begituan, setting jadi kelihatan ribet. Dan alhamdulillah, dengan sedikit jurus (yang tidak) sakti, modem itu berhasil disetting di komputer .
Terus, satu bulan lalu, temen saya itu yang-modemnya-minta disetingin sms saya, “Mas, Bapak-X minta kamu telp. Ini nomornya”. Ngapain juga saya kudu nelpon, yang butuh kan dia. Begitu pikiran pertama keluar. Tapi, saya coba-coba aja meneladani Nabi SAW. Nyoba berbaik sangka dulu. Ya, saya telp Bapak-X tersebut. Akhir cerita, saya dapat informasi dan petuah yang sangat jitu.

Banter tan mbancangi, dhuwur tan ngungkuli mengajarkan kita supaya “sakti” tapi tetap rendah hati. Kalau kita pinter ya mbok jangan membuat orang lain merasa minder. Kalau hebat, mbok ya tetep bisa merakyat. Kalau jago, ya mbok jangan membuat kawan terlihat bodoh.
(Mungkin) salah satu contoh penggunaan pribahasa ini adalah saat berdiskusi/berdebat. Kutip ucapan orang yang menurut kita benar, pikirannya sejalan, atau menjadi sumber inspirasi dari kita. Insya Allah, hal itu akan menguatkan pendapat kita, membuat orang tersebut dihargai (karena kita mengutip pendapatnya), dan membuat orang tersebut tidak merasa diserobot karena kita mengkoar-koarkan gagasan yang sudah dia ajukan. Meskipun akhirnya penyampaian kita yang dianggap sebagai pembawa gagasan, orang yang mengusung opini perdana tersebut tidak akan tersinggung, insya Allah.
Masih ingat sejarah Fathul Makkah (pembebasan kota Makkah)? Pada saat kota Makkah sudah benar-benar ada dalam naungan Islam, Rosulullah Muhammad SAW berdiri di Masjidil Haram dan berkata bahwa barang siapa yang berada di rumahnya maka ia aman, barang siapa berada di rumah Abu Sofyan maka dia aman, barang siapa berada di Masjid Al Harom maka dia aman. Sedikit berpikir lebih dalam, mengapa nama Abu Sofyan di bawa-bawa. Padahal cukup dengan mengatakan bahwa siapa saja akan aman bial berada di dalam rumah ataupun Masjidil Harom. Mungkin, jawaban versi orang awam saya, Rosulullah SAW masih menghormati kedudukan Abu Sofyan di tengah masyarakat Qurasy. Beliau memang dengan tegas mengatakan bahwa saat itu, pemerintahan Makkah ada ditangan kaum Muslimin tetapi beliau juga tetap menjaga agar para pemimpin kota Makkah terdahulu tidak tercoreng mukanya. Sunggu contoh “penaklukan” yang indah. Penaklukan tanpa darah. Banter tan mbancangi, dhuwur tan ngungkuli.
Ya…, itu hanya pelajaran Ø(. . ) . Akan tetap jadi pelajaran kalau tidak diamalkan .
Semoga bermanfaat .

[..Baca Selengkapnya..]

Brainware dan Heartware

Jika otak tidak berfungsi lagi, seseorang secara klinis tidak dapat berfungsi sebagai manusia lagi. Demikian pula dengan jantung, jika bagian tubuh ini berhenti berdetak, maka tamatlah riwayat sang pemilik jantung tersebut. Untuk tetap dapat beraktivitas di dunia usaha, pelaku bisnis dan perusahaan juga memerlukan dua hal yang berfungsi seperti otak dan jantung, untuk menjamin kelangsungan hidup di era persaingan hiperkompetitif seperti sekarang ini. Kedua hal tersebut adalah brainware dan heartware, yaitu keterlibatan kompetensi inti dan emosional dalam menjalankan usaha.

Brainware
Teknologi terus berkembang, inovasi baru senantiasa dilahirkan, metode pengambilan keputusan pun juga semakin diperbaharui untuk mencapai produktivitas, efisiensi, dan efektivitas operasional yang lebih baik. Semua perubahan ini bergulir dengan kecepatan tinggi. Di era informasi dengan persaingan superkompetitif, perusahaan yang kemampuan SDMnya hanya diperbaiki sejalan dengan kemajuan teknologi, akan berjalan di tempat. Apalagi jika perusahaan sama sekali tidak mengusahakan adanya pembelajaran yang berkelanjutan bagi para karyawan (yang pasti, perusahaan seperti ini akan dengan cepat tertinggal, dan tidak akan dilirik lagi oleh konsumen mereka, karena teknologi yang sudah ketinggalan zaman, cara-cara pelayanan yang sudah tidak tepat). Dengan demikian, perusahaan dan karyawan perlu saling membahu untuk menerapkan paradigma pembelajaran yang berkelanjutan. Pembelajaran ini pun harus diusahakan lebih cepat dari kecepatan belajar industri yang ditekuni. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, dua di antaranya adalah sebagai berikut.

  • “Knowledge Management”

  • Pengetahuan, atau informasi yang sudah diolah, merupakan alat saja yang dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Pengetahuan ini bisa dikendalikan oleh manusia. Untuk itu, perusahaan perlu mencari, menciptakan, dan mempertahankan sumber daya manusia yang memiliki ataupun yang dapat membuka akses untuk memperoleh informasi tepat yang diperlukan. Jika informasi sudah diperoleh, perusahaan perlu mengelolanya sedemikian rupa sehingga dapat digunakan bersama oleh orang-orang yang tepat agar hasilnya juga optimal. Untuk itu peran Knowledge Management (KM) menjadi penting.
    Dengan KM yang tepat, perusahaan bisa mengembangkan sistem informasi canggih yang dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh para pimpinan di kantor pusat, bahkan juga oleh mereka yang berada di cabang-cabang dan perwakilan perusahaan di seluruh pelosok dunia pada waktu yang bersamaan. Jadi, knowledge management dapat memperlancar information sharing dalam perusahaan, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan budaya inovasi, pembelajaran yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas dari SDM perusahaan. Knowledge management yang memungkinkan terjadinya information sharing, mempermudah pengambilan keputusan, dan juga bisa memperlancar komunikasi antarkaryawan, antarkaryawan dan target pasar, supplier, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan (pemerintah, investor, dan masyarakat umum). Sistem komunikasi yang tertata dengan baik ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keharmonisan hubungan internal dan eksternal perusahaan. Misalnya: walaupun para karyawan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, mereka masih bisa berkomunikasi melalui intranet dan internet, ataupun dengan memanfaatkan teknologi komunikasi lainnya (telepon, fax, video conferencing, dll). Kondisi positif tersebut, pada akhirnya, dapat meningkatkan kualitas produk, jasa dan pelayanan yang diberikan perusahaan pada target pasarnya di seluruh dunia.

  • “Creative Destruction”

  • Di dunia usaha yang diwarnai dengan perubahan yang berlari dengan sangat cepat, hampir tidak mungkin lagi bagi sebuah perusahaan untuk hanya menjagokan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan saat ini sebagai titik saing, karena produk yang berhasil di pasar akan memacu pelaku bisnis lainnya untuk dengan cepat melakukan “duplikasi” terhadap produk dan jasa yang berhasil merebut hati pasar. Jadi, seperti yang diusulkan oleh Richard Foster dan Sarah Kaplan dalam buku mereka Creative Destruction, sebuah perusahan harus senantiasa melakukan “penghancuran yang kreatif” terhadap produk dan jasa unggulan mereka dengan teknologi yang lebih canggih, cara yang lebih baik, agar tetap tampil terdepan di industri yang mereka tekuni. Caranya? Tentu saja dengan terus-menerus meningkatkan brainware dari sumber daya manusia yang menunjang kegiatan perusahaan. Sebagai contoh, di industri telepon genggam, para pemainnya tidak bisa terlena dengan kesuksesan produk unggulan mereka saat ini. Mereka harus dengan cepat memperkenalkan produk baru dengan teknologi yang lebih canggih, pelayanan yang lebih prima, fasilitas yang lebih banyak. Tentunya, kedatangan produk baru ini yang secara multidimensional lebih baik bisa “membunuh” produk unggulan yang sudah terlebih dahulu diproduksi (baik produk perusahaan yang sama, atau produk dari perusahaan yang berbeda). Tetapi ini memang tindakan yang harus diambil untuk menjaga posisi perusahaan di industri ini agar tidak terkejar oleh para pesaing.

    Heartware
    Terpuruknya perusahaan-perusahaan kelas dunia seperti Enron dan Worldcom, karena ketidakjujuran,, manipulasi data keuangan, dan tanggung jawab perusahaan yang rendah terhadap publik, telah memberikan peringatan bagi pelaku bisnis lainnya untuk meninjau kembali perangkat “hati nurani” mereka. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, membukukan profit besar, tetapi juga dituntut untuk menunjukkan “hati nurani” yang bersih, antara lain dalam bentuk kepedulian sosial dan lingkungan. Misalnya saja kasus sebuah perusahaan yang merusak lingkungan tempat mereka beroperasi dengan membuang limbah ke sungai yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari. Akibatnya, masyarakat menjadi sengsara, dan menuntut agar pabrik perusahaan tersebut ditutup segera. Hal ini juga terjadi dengan sebuah perusahaan asing di Irian Jaya. Masyarakat setempat yang merasa bahwa perusahaan ini tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, melakukan teror terhadap kegiatan usaha perusahaan ini. Akibatnya, kegiatan bisnis pun terganggu, dan yang lebih parah lagi, banyak korban berjatuhan dari pegawai perusahaan.
    Dari gambaran yang sudah dibahas di atas, jelaslah, tuntutan masyarakat terhadap “hati nurani” perusahaan harus menjadi perhatian pelaku bisnis, jika mereka ingin tetap melakukan kegiatan usaha yang berkelanjutan.

  • “Customer Relationship Management”

  • Untuk menunjukkan hati nurani yang tulus perusahaan perlu menciptakan hubungan yang harmonis dengan para pelanggan. Persaingan yang makin ketat menyebabkan perusahaan harus bertindak cerdas untuk tampil sebagai pemenang. Di era teknologi canggih, dan informasi yang berlimpah, tidaklah sulit bagi perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas prima. Jadi perubahan persaingan sudah tidak lagi pada kualitas, karena kualitas sudah merupakan keharusan bagi para pelaku bisnis yang ingin tetap berada di arena persaingan usaha. Angin persaingan telah berubah arah dari kualitas ke kepuasan pelanggan.
    Perusahaan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan adalah perusahaan yang mampu menumbuhkan kepercayaan di hati pelanggan. Rasa kepercayaan yang terakumulasi dapat membangun kredibilitas perusahaan. Inilah yang dapat menarik perhatian pelangggan baru, dan membuat mereka beralih ke perusahaan yang dianggap kredibel tersebut. Rasa percaya ini juga dapat menyebabkan pelanggan menjadi setia, bahkan dapat membantu perusahaan untuk membawa pelanggan-pelanggan baru kepada perusahaan. Menumbuhkan kredibilitas memerlukan waktu dan komitmen dari seluruh elemen yang ada dalam perusahaan, dari tingkat teratas ke tingkat yang paling dasar.
    Perusahaan yang sukses di era yang penuh persaingan memaksa perusahaan untuk berorientasi pada konsumen. Bahkan, semua keputusan perusahaan harus memperhatikan kepentingan konsumen yang makin kompleks. Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Demikian juga dalam menghadapi konsumen, perusahaan harus benar-benar mengenal tiap konsumen mereka, yaitu dengan cara membina hubungan yang harmonis dengan target pasar. Perusahaan dapat membangun hubungan dengan pelanggan dengan berbagai cara. Di dunia nyata, perusahaan bisa menumbuhkan fasilitas layanan konsumen di tiap outlet mereka. Pimpinan perusahaan bisa memberi contoh nyata, dan juga memberi pelatihan bagi para karyawan untuk menumbuhkan budaya layanan pelanggan. Teknologi internet dengan knowledge management-nya pun bisa dimanfaatkan untuk mengenal pelanggan lebih detail (melalui informasi lengkap pelanggan yang dapat diakses oleh pengambil keputusan).
    Kondisi ini telah mendorong perusahaan untuk menggeser paradigmanya dari persaingan dalam kualitas menjadi persaingan dalam memuaskan pelanggan; dari tujuan memanfaatkan pelanggan menjadi tujuan memenangkan kepercayaan pelanggan; dan dari orientasi pada perusahaan (semua keputusan didasarkan pada kepentingan perusahaan) menjadi orientasi pada pelanggan (semua tindakan senantiasa mempertimbangkan dampaknya pada pelanggan).

  • "Kepedulian"

  • Dulu, fokus kegiatan di dunia usaha pada hanyalah berkisar pada keuntungan finansial semata. Para pelaku bisnis belum dituntut untuk memperdulikan dampak kegiatan bisnis mereka terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan (baik terkait langsung ataupun tidak langsung). Sekarang, praktik bisnis tanpa memperhatikan tanggung jawab terhadap lingkungan internal (misalnya: karyawan, pemegang saham) maupun eksternal (misalnya: masyarakat umum, dan lingkungan) sudah tidak bisa lagi dijalankan.
    Di tengah masyarakat yang makin mudah memperoleh informasi, makin peka terhadap pentingnya menjaga lingkungan, makin tau akibat buruk dari korupsi dan pelanggaran etika, perusahaan juga dituntut untuk memiliki kepedulian tinggi, tidak hanya pada kegiatan bisnis mereka tetapi juga pada tuntutan masyarakat, yang menjadi konsumen, calon konsumen, investor dan calon investor mereka. Berbagai organisasi juga muncul untuk menyuarakan kepedulian masyarakat terhadap berbagai masalah, misalnya: kesehatan (World Health Organization), lingkungan (Greenpeace ditingkat global, Walhi di tingkat nasional), kesejahteraan konsumen (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), dan kode etik bisnis (Komite Nasional untuk Good Corporate Governance, Indonesian Corruption Watch). Ketidakpedulian terhadap tuntutan masyarakat dapat mengakibatkan perusahaan dikenakan sanksi pemboikotan terhadap produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan, bahkan perusakan dan penutupan usaha. Jadi, “Tanpa kepedulian, tak ada bisnis.”
    Untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat, perusahaan bisa menjadi mendukung kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, misalnya dengan memberikan beasiswa bagi putra-putri masyarakat setempat, membantu korban bencana alam, dan memberi bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang membutuhkan. Untuk menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan, perusahaan makanan dan minuman bisa mencantumkan secara jujur bahan-bahan dasar produk mereka, izin dari pemerintah, mencantumkan label “halal,” serta mencantumkan kontra indikasi yang mungkin timbul untuk tindakan peringatan. Sedangkan untuk kepedulian pada lingkungan, perusahaan bisa menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, proses produksi dengan limbah yang telah diolah dengan tepat agar tidak mencemarkan lingkungan, serta melakukan upaya yang dapat mempertahankan kelestarian lingkungan.

  • “Good Corporate Governance”

  • Para pelaku bisnis juga dituntut untuk mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang mewajibkan mereka untuk mempraktikkan good corporate governance (GCG). Sebagai akibatnya, perusahaan yang dinilai layak untuk “go public” adalah perusahaan yang telah lulus “fit and proper test” dalam GCG. Untuk itu, para pimpinan dalam sebuah perusahaan yang akan “go public” tidak bisa lagi hanya mengandalkan kemampuan, kehebatan, dan pengalaman mereka yang brilian di dunia bisnis, tetapi juga harus mematuhi peraturan yang menuntut kriteria “fit and proper” dalam hal etika. Untuk fungsi pengendalian, peraturan dan perundang-undangan tentang praktik bisnis juga mewajibkan perusahaan untuk menunjuk komisaris yang independen yang dapat memberikan masukan yang objektif pada dewan direksi untuk mengambil keputusan. Perusahaan juga diwajibkan untuk memiliki lembaga audit yang independen untuk memeriksa keuangan perusahaan bersama-sama dengan auditor.
    Perusahaan yang tidak menerapkan GCG, pada akhirnya akan ditinggalkan oleh masyarakat, dicampakkan oleh investor, dan dinilai melanggar hukum. Perusahaan seperti ini akan kehilangan kesempatan untuk meneruskan kegiatan usahanya. Di lain pihak, perusahaan yang telah mempraktikkan GCG dapat menciptakan nilai positif bagi masyarakat, investor, supplier, distributor, pemerintah, dan hukum. Tentu saja hal ini akan berdampak baik bagi kelanjutan usaha perusahaan tersebut yang telah lulus “GCG test.” Singkatnya, GCG sudah bukan lagi hal yang perlu diperdebatkan, melainkan sudah menjadi keharusan bagi setiap pelaku bisnis untuk diterapkan.
    Sangat penting bagi setiap pelaku bisnis untuk memiliki brainware yang prima—yang dapat membantu mereka untuk senantiasa berpikir positif sehingga dapat mengubah tantangan menjadi peluang untuk menang. Brainware seperti ini belum lengkap untuk memenangkan persaingan. Pelaku bisnis juga perlu ditunjang dengan heartware kelas utama agar dapat melengkapi diri dengan kredibilitas dan tanggung jawab tinggi untuk memenangkan kepercayaan target pasar secara khusus, dan masyarakat secara umum. Kombinasi brainware dan heartware yang tepat merupakan senjata ampuh bagi para pelaku bisnis untuk menjamin kelangsungan hidup mereka di dunia usaha.


    [..Baca Selengkapnya..]

    Sedikit dari NLP

    Banyak yang bisa kita pelajari dari NLP, sangat mengasikan.Tetapi tidak mudah, perlu banyak latihan dan kemauan tentunya. Disini saya coba share salah satu pengalaman dengan pakar Brain Ware Management. Ada beberapa statement yang bisa menggugah pikiran kita, dikatakan begini :

    Pertama, how you think is how you act and who you are. Kalimat ini, dalam kehidupan sehari-hari , sering kita kenal dengan nama integritas. Seorang pemimpin yang baik pasti punya integritas yang baik. Integritas diri adalah keterhubungan antara pola pikir seorang individu dan pilihan perilaku yang diambilnya. Perilaku yang muncul itulah yang menggambarkan siapa sebenarnya individu tersebut.

    Jadi bila kita simpulkan, siapa diri kita ditentukan oleh pilihan perilaku kita. Dan pilihan perilaku tersebut diarahkan secara tidak sadar oleh pola pikir. Pola pikir adalah alur berpikir atau template berpikir dalam menanggapi rangsangan luar dan pemilihan reaksi terhadap rangsangan tersebut. Pola pikir dalam kaidah bahasa Arab sering kita pahami sebagai akhlak.

    Beliau merumuskan pengaruh pola pikir terhadap pilihan tindakan secara matematis sebagai berikut :

    Behaviourindividu/group = f (Mind – Setindividu/group)

    Rumusan ini telah dipatenkan pada tahun 1999.

    Poin kedua, don’t raise the black kambing alias jangan memelihara kambing hitam. Ini poin yang jadi favorit saya.

    Memelihara black kambing, insya Allah lain kali akan saya tulis lebih detailnya. Untuk saat ini, singkatnya, ungkapan tersebut ditujukan pada tindakan-tindakan yang bertujuan memberi pemakluman atau pemafaan pada kegagalan/kelemahan diri/kelompok sendiri dengan menjadikan faktor luar sebagai penyebab.

    Contohnya :

    Kalo mau ngapalin/belajar sesuatu, paling enak tuh pas pagi-pagi. Otak masih fresh. Suasana masih seger. Kan ada yg bilang kalau di pagi hari otak kita mudah untuk mencerna sesuatu. Tapi…., sayang banget rumah ane jauh dari tempat aktifitas. Jadi jam 6 dah harus take off. Jadi ga bisa deh ngapalin/belajar pag-pagi.
    Seorang staf humas diminta manajernya untuk membuatkan janji bertemu antara sang manajer dengan seorang tokoh. Staf humas ini menyanggupi (mungkin terpaksa menyanggupi, namanya juga kerjaan..). Saat ditanya hasilnya seminggu kemudian, dia menjawab, “Pak, orangnya sudah saya telpon, tapi ga’ diangkat. Saya coba tanya sekretarisnya, katanya,”Bapak sedang meeting. Maaf ya…!”. Terus, saya sudah coba bla…bla…bla...”. Nah, begitulah yang disampaikan si staf humas. Alasan-alasan yang ditujukan untuk memaklumkan kegagalan dirinya dalam membuatkan janji.
    Dll…
    Poin ketiga, …..entar. Insya Allah disambung lagi.

    Ternyata, saya pribadi masih hobi memelihara black kambing. Aduh….!

    Sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat.


    [..Baca Selengkapnya..]

    Katrok versi saya ..jilid(1)

    KATROOOKKKK....!!!
    Begitu kira-kira sebutan yang pas buat mereka!!
    Dijaman yang makin susah, ditengah carut-marutnya kondisi negara, ekonomi, moral dan lingkungan. Masih saja banyak orang yang KATROK !!

    Baru saja saya menemukan salah satu orang yang KATROK....
    Hari gini....

  • Masih menonjolkan paham materialisme...!!
  • Masih tidak bisa ber-empati untuk orang lain ???

  • Dasar KATROKKKKK.....Ke Laut Aje

    [..Baca Selengkapnya..]