Karena satu urusan, dua minggu terakhir ini saya harus bolak-balik Semarang-Surabaya. Mempertimbangkan eifisiensi ditengah resesi global, saya putuskan untuk membawa kendaraan sendiri. Awalnya gamang juga, jangan-jangan jalan rusak parah nih. Berdasarkan informasi dari media, pertengahan sampai akhir musim penghujan kemarin konon lalulintas cukup tersendat karena kerusakan jalan yang disebabkan karena banjir (salah satunya), meskipun masih banyak faktor lain sih.
Akhirnya dengan deg-degan plus semangat 45. Berangkat !!!. Sengaja saya pilih waktu pagi dinihari untuk mengantisipasi janga-jangan bener kata media. Jadi kalau toh bener harus bermacet-macet tidak terlalu tersiksa oleh cuaca panas. Disaat sebagian besar orang masih berkerudung selimut, saya sudah mulai 'metani' jalan pantura.
Etape Pertama Semarang-Kudus
Selepas Semarang menuju Demak, hati sudah mulai nggak enak. Dipagi buta masih banyak iring2an trunk dari arah timur yang baru masuk Semarang. Pertanda buruk nih pikirku. Jangan2 penyebabnya jalan rusak atau ada kecelakaan. Ternyata bener dugaanku. jalan mulai kriting dan berlubang. Sangat tidak nyaman, sehingga mata harus MODE ZOOM ON. Meskipun sedang diperbaiki tapi sangat lamban sekali. Gak kelar2, kata rekan yang bolak-balik melewati jalan ini.
Keluar dari Demak menuju Kudus ternyata makin parah. Sebelah kiri jalan sedang dibuat sungai (pelebaran kali maksudnya ya..). Galian dalam berkilo-kilo meter mirip seperti sungai buatan. Etape ini kita musti ekstra hati-hati kalo tidak ingin keceplung. Selain jalanya sempit, lalu-lintasnya cukup padat. Terutama truk-truk besar yang sopirnya sudah mulai pada kelelahan. Pokoknya sangat tidak nyamanlah. Hati2 jika melalui jalur ini. Pagi2 buta saja seperti ini. Apalagi siang, pikirku.
Akhirnya dengan deg-degan plus semangat 45. Berangkat !!!. Sengaja saya pilih waktu pagi dinihari untuk mengantisipasi janga-jangan bener kata media. Jadi kalau toh bener harus bermacet-macet tidak terlalu tersiksa oleh cuaca panas. Disaat sebagian besar orang masih berkerudung selimut, saya sudah mulai 'metani' jalan pantura.
Etape Pertama Semarang-Kudus
Selepas Semarang menuju Demak, hati sudah mulai nggak enak. Dipagi buta masih banyak iring2an trunk dari arah timur yang baru masuk Semarang. Pertanda buruk nih pikirku. Jangan2 penyebabnya jalan rusak atau ada kecelakaan. Ternyata bener dugaanku. jalan mulai kriting dan berlubang. Sangat tidak nyaman, sehingga mata harus MODE ZOOM ON. Meskipun sedang diperbaiki tapi sangat lamban sekali. Gak kelar2, kata rekan yang bolak-balik melewati jalan ini.
Keluar dari Demak menuju Kudus ternyata makin parah. Sebelah kiri jalan sedang dibuat sungai (pelebaran kali maksudnya ya..). Galian dalam berkilo-kilo meter mirip seperti sungai buatan. Etape ini kita musti ekstra hati-hati kalo tidak ingin keceplung. Selain jalanya sempit, lalu-lintasnya cukup padat. Terutama truk-truk besar yang sopirnya sudah mulai pada kelelahan. Pokoknya sangat tidak nyamanlah. Hati2 jika melalui jalur ini. Pagi2 buta saja seperti ini. Apalagi siang, pikirku.
Etape Kedua Kudus-Lasem
Ada beberapa ruas jalan yg bikin kita jantungan di etape ini. Route Kudus-Pati, tidak banyak perubahan dari tahun2 lalu. Masih kriting !!!. Tapi ada sedikit peningkatan. Di beberapa ruas sudah mulai dilakukan pelebaran, meski belum begitu banyak. Yahhhh...not bad lah...
Ruas berikutnya Pati-Juwana. Didaerah langganan banjir ini kita musti ekstra hati hati. Sepanjang ruas ini sedang dilakuan peninggian jalan biar gak kebanjiran. Tapi karena dilakukan separo-separo, akibatnya 'njomplang sebelah'. Disisi lain sudah tinggi, sisi sebaliknya masih rendah. Cukup tinggi juga selisihnya, sekitar 70an senti. Mana tidak tidak ada pembatasnya lagi..Kalo tidak hati-hati kita bisa kejeglong, apalagi gelap dan ramai. Potensi macet sangat besar di route ini. Jika ada satu kendaraan 'ngadat/mogok' pasti macet total. Kagak bisa di-apa2-in. Saya sarankan siapin mental dan turunkan tensi jika melewati route ini.
Ruas berikutnya adalah Juwana-Lasem. Meskipun relatif lancar, KRITING MODE ON masih berlaku di ruas ini. Masih sama dengan tahun2 lalu. Tidak ada yang istimewa di route ini, selain lalulintas yang padat didominasi oleh truk angkutan.
Etape Ketiga Lasem-Tuban
Selepas Lasem kita akan disuguhi panorama yang cukup indah. Perjalanan menyusuri bibir pantai. Harapan saya bisa menikmati indah nya Sunset di ruas ini, tapi karena mendung jadi nggak kelihatan deh mataharinya. Meski demikian panorama pantai cukup bisa mengobati kejengkelan di ruas-ruas berikutnya. Jangan terlena dengan keindahan panorama, karena ruas jalan ini berliku-liku. Banyak tikungan patah dan sempit. Sayang keindahan panorama tidak diimbangi dengan kemulusan jalan. KRITING MODE masih ON !!!.
Jawa Timur memang beda. Begitu memasuki gerbang Jawa Timur, KRITING MODE langsung OFF. Mungkin Jawa Timur nggak seneng kriting, sehingga semua jalan di 'Rebounding' ..hehe.. Di ruas ini jangan terlena dengan jalan mulus dan lebar, karena banyak angkutan non standar yg berkeliaran disini. MOGRO (motor grobak) saya mengistilahkanya yang dimodifikasi sebagai Angkutan Pedesaan. Menurunkan dan menaikan penumpang tanpa aba-aba. Jika kurang waspada bisa berabe kita.
Etape Keempat Tuban-Surabaya
Keluar Tuban saya putuskan untuk tidak mengikuti route angkutan bus/truk. Takut 'bete' karena macet. Saya pilih jalan lewat Paciran-Sidayu, sekalian pengen lihat object wisata Tanjung Kodok dan Jatim Park II. Ternyata keduanya terletak persis dipinggir jalan yg saya lalui. Cukup menarik kayaknya. Tapi karena tujuan saya tidak ke situ, terpaksa cukup senyum dikulum saja...
Ada beberapa ruas Tuban-Surabaya yang cukup sempit dan ramai. Harus ekstra hati-hati kita melaluinya, karena ada juga pasar tumpah yg sampai memakan separo jalan. Sehingga harus antri kita melaluinya. Kondisi jalan cukup bagus selepas Tuban sampai pintu Tol Manyar. Surabaya...I'm Coming. Salut buat Jawa Timur.